Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Apakah Produksi Beras Berpengaruh terhadap Harga Beras?

Selasa, 8 November 2022 16:57 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia mengalami inflasi tahunan pada Oktober 2022 sebesar 5,71 persen, menurun dibanding inflasi September 2022 sebesar 5,95 persen. Di sisi lain, sejumlah komoditas masih mengalami kenaikan harga, termasuk beras. BPS mencatat bahwa harga beras terus merangkak naik mulai Juli hingga Oktober 2022. 

Data yang didapat dari situs Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (SP2KP), menunjukkan harga beras meningkat sebesar Rp 400 dari bulan Januari hingga Oktober.

Tempo kemudian melakukan riset sederhana untuk mencari tahu korelasi antara produksi beras nasional dengan harga beras. Untuk variabel harga beras, Tempo mengambil angka rata-rata dari gabungan harga beras medium dan premium setiap bulannya, yang didapat dari situs SP2KP. Sedangkan angka produksi beras diperoleh dari data BPS.

Berdasarkan perhitungan menggunakan Microsoft Excel, didapatkan nilai hubungan variabel harga beras dengan produksi beras sebesar -0,1. Nilai korelasi negatif menandakan bahwa terdapat hubungan berlawanan antar variabel. Namun, jika nilai tadi mendekati nol, maka korelasi antar variabel tersebut semakin lemah.

Visualisasi di atas menggambarkan hubungan antar dua variabel tersebut. Tampak bahwa titik-titik di atas tersebar tidak beraturan, merepresentasikan hubungan yang lemah antar kedua variabel. 

Namun, hubungan antara kedua variabel tersebut secara normatif memang seharusnya bernilai negatif. Mengikuti hukum permintaan, harga beras akan naik apabila produksi sedikit, begitu pula sebaliknya. 

Hal ini tampak pada titik penanda dengan label “Maret 2022”. Seperti tampak pada visualisasi, label ini berada di posisi paling kanan sumbu X (jumlah produksi beras). Ini berarti, produksi beras pada Maret 2022 menjadi yang terbesar sepanjang tahun ini. Di saat bersamaan, titik ini berada di posisi terbawah sumbu Y (harga beras). Dengan demikian, harga beras pada Maret sesuai dengan hukum permintaan.

Tetapi, titik berlabel “Januari 2022” justru kontras dengan hukum permintaan. Produksi beras pada Januari menjadi yang terendah pada tahun ini. Namun di saat bersamaan, harga beras pada bulan ini justru sama rendahnya dengan harga beras di bulan Maret.

 

 

Untuk diketahui, rata-rata harga beras premium nasional pada awal tahun 2022 adalah Rp 12.400 per kilogram. Sedangkan harga beras medium di level nasional adalah sebesar Rp 10.400 per kilogram. 

Harga kedua jenis beras tersebut stabil sepanjang Januari hingga Juli lalu, seperti terlihat pada diagram garis di atas. Namun, harganya mulai naik sejak Agustus lalu sebesar Rp 100. Bulan berikutnya, harga kembali naik Rp 100, dan selanjutnya melonjak sebesar Rp 200 pada Oktober lalu. 

Di sisi lain, produksi beras sepanjang 2022 cenderung fluktuatif. Sempat mencapai angka tertinggi di Maret, kemudian angkanya naik turun sepanjang April hingga Oktober. 

Korelasi yang lemah antara produksi beras Indonesia dengan harga beras menandakan hubungan antara kedua variabel tersebut tidak signifikan. Hal ini mengingat Indonesia juga melakukan impor beras untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Berdasarkan data yang Tempo dapat, konsumsi beras Indonesia dalam setahun mencapai 35,6 juta ton atau sekitar 2,97 juta ton setiap bulannya.

Di sisi lain, riset di atas pun juga tidak memasukkan variabel kebutuhan konsumsi beras setiap tahunnya. Ini menunjukkan bahwa pergerakan harga beras dipengaruhi lebih dari satu faktor.

FAISAL JAVIER | FAISAL AMRULLAH