KELUARGA pemilik chaebol menganggap dirinya seperti raja dan ratu. Hal itu juga ditunjukkan dari cara mereka mengubur keluarga yang telah meninggal dunia," demikian petikan editorial The Korea Herald, surat kabar berbahasa Inggris dari Korea Selatan, edisi pertengahan Maret silam. Menurut harian tersebut, kuburan para pemilik chaebol itu begitu besar dan megah seperti makam Raja dan Ratu Choson, dan mereka memilih tempat tertentu yang dianggap bisa membawa keuntungan pada usaha keluarga. "Sungguh menggelikan bahwa mereka percaya untung atau tidaknya keluarga tergantung pada di mana tetua mereka dikubur." Pada saat itu, chaebol-konglomerasi Korea Selatan-tengah menjadi persoalan besar negeri itu. Korea Selatan, seperti juga negara-negara Asia lainnya, tengah dilanda krisis ekonomi, dan salah satu "biang" yang ditunjuk di negara itu adalah chaebol yang punya utang bertumpuk. Melalui berbagai media, para pemilik chaebol menyangkal bahwa mereka harus menjual aset-aset perusahaan untuk menutup utang. Mereka tetap bersikeras bahwa masalah utang dan bantuan Dana Moneter Internasional (IMF), yang mencapai US$ 58 miliar, dapat diselesaikan tanpa memereteli anak-anak perusahaan chaebol. Tapi, sikap ngeyel pemilik chaebol segera dipatahkan oleh pidato Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung pada ulang tahun kemerdekaan Korea Selatan ke-54, 14 Agustus lalu. Secara terbuka, Kim menyatakan "perang" terhadap chaebol dengan menyebut bahwa chaebol adalah masalah paling rumit di Korea. "Untuk itu, saya akan menjadi presiden pertama di dalam sejarah Korea Selatan yang berani mereformasi chaebol dan membangun perekonomian yang berbasis pada kelas menengah," tutur Kim, dalam pidato yang berdurasi 25 menit itu.