
Mata Bayar Mata (Kisah Kekerasan di Poso)
DI SEBUAH masjid di tengah Kota Poso yang tampak penuh, seorang ustad atau kiai membacakan doa Nazilah pada rakaat terakhir salat duhur. Dengan doa ini, imam dan 200 makmumnya memohon agar perjuangan umat Islam di Poso dimenangkan Allah. Seusai salat, banyak di antara jemaah mengucurkan air mata. Sementara itu, di jalan-jalan, penduduk laki-laki mengenakan kopiah atau songkok haji. Sedangkan perempuannya wajib berkerudung. Pemerintah setempat memang sangat menganjurkan agar para perempuan berkerudung. Ini untuk membedakannya dengan perempuan dari agama lain. Ada polisi syariat yang bertugas menanyai orang-orang di jalan: "Muslim atau Kongkoli (sebutan untuk orang Kristen)?" Sepintas, kehidupan di dalam kota tampak berjalan normal. Orang-orang pergi ke pasar dan ke kantor seperti biasa. Tapi aroma ketegangan terasa menyebar di setiap sudut jalan, terutama di jalan-jalan yang menuju luar kota.
Keywords :Mata Bayar Mata (Kisah Kekerasan di Poso),
-
Downloads :0
-
Views :327
-
Uploaded on :24-12-2023
-
PenulisPDAT
-
Publisher
TEMPO Publishing -
EditorTim Penyusun PDAT: Ismail, Asih Widiarti, Dani Muhadiansyah, Evan Koesumah
-
SubjekHukum
-
BahasaIndonesia
-
Class-
-
ISBN-
-
Jumlah halaman60
Mata Bayar Mata (Kisah Kekerasan di Poso)
Alamat
PDAT Gedung Tempo Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta 12210
Kontak
Phone / Fax: 62-21 536 0409 (ext. 321) / 62-21 536 0408
WA : 62 838 9392 0723
Email : [email protected]
Support
Support Datatempo