
The Fed, Inflasi, dan Anjloknya Rupiah
JAKARTA - Keputusan Gubernur Federal Reserve yang menaikkan suku bunga Fed sebesar 25 basis poin menjadi 2,75 persen mengangkat dolar AS di pasar global. Apresiasi dolar terhadap mata uang utama dunia ini membawa tekanan terhadap kurs rupiah di pasar uang Jakarta kemarin. Akibatnya, rupiah ditutup melemah 10 poin menjadi Rp 9.400 per dolar AS dari sehari sebelumnya Rp 9.390 per dolar AS. Kepala Treasury PT Bank Negara Indonesia Tbk. Hindria Listyadi mengatakan, melemahnya rupiah karena sentimen penguatan dolar AS di pasar global akibat imbas dari kenaikan suku bunga Fed. "Pernyataan Federal Reserve bahwa ancaman tingginya inflasi yang memungkinkan kenaikan suku bunga AS lebih agresif lagi, yakni sekitar 50 basis, pada pertemuan Mei dan Juni mendatang memicu spekulasi beli dolar di pasar," katanya. Selain itu, tutur Hindria, kekuatan permintaan dolar yang masih besar di pasar, baik dari korporasi maupun bank-bank asing, membuat intervensi bank sentral tak mampu mengerem laju penurunan rupiah. Sementara itu, harapan adanya pasokan dolar dari akuisisi HM Sampoerna oleh Philip Morris dan rencana penjualan 5,02 persen sisa saham pemerintah di BCA dinilai tak banyak mendukung rupiah. Ia memperkirakan hari ini rupiah masih akan tertekan ke Rp 9.435 per dolar AS. Hal ini dengan asumsi dolar di pasar global kembali menguat. Kalaupun ada aksi jual dolar untuk ambil untung, penguatan rupiah akan terbatas di Rp 9.375 per dolar AS.
Keywords :The Fed, Inflasi, dan Anjloknya Rupiah,
-
Downloads :0
-
Views :266
-
Uploaded on :24-12-2023
-
PenulisPDAT
-
Publisher
TEMPO Publishing -
EditorTim Penyusun PDAT: Ismail, Asih Widiarti, Dani Muhadiansyah, Evan Koesumah
-
SubjekBisnis & Ekonomi
-
BahasaIndonesia
-
Class-
-
ISBN-
-
Jumlah halaman61
The Fed, Inflasi, dan Anjloknya Rupiah
Alamat
PDAT Gedung Tempo Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta 12210
Kontak
Phone / Fax: 62-21 536 0409 (ext. 321) / 62-21 536 0408
WA : 62 838 9392 0723
Email : [email protected]
Support
Support Datatempo