Sebuah bom kuat meledakkan Beirut kemarin. Perdana Menteri Libanon yang pensiun Oktober tahun lalu, Rafiq Hariri, tewas bersama delapan orang lainnya. Laporan menyatakan, Hariri dengan pengawalan ketat sedang menempuh perjalanan pulang dari parlemen. Di dekat Hotel St Georges, ledakan terjadi. Kubangan sedalam beberapa meter muncul di lokasi pengeboman. Setidaknya 20 mobil hancur. Di sekitarnya, potongan tubuh terbakar, reruntuhan mobil dan sisa bangunan berserakan. Asap masih mengepul dari sana-sini. Beberapa jam setelah bom meledak pada pukul 13.00 waktu setempat, mobil yang terbakar masih diselimuti api. Stasiun televisi Future TV yang dimiliki Hariri menyatakan, itu adalah serangan bom mobil. Tapi hingga berita ini diturunkan masih belum ada konfirmasi bagaimana ledakan itu terjadi. Bom itu, yang mengingatkan kita pada perang saudara yang dahsyat pada 1975-1990 di Libanon, meledak di wilayah pantai di kawasan sibuk. Wilayah yang menghadap Laut Mediterania itu memiliki sejumlah hotel dan beberapa bank. Hariri, wiraswastawan yang membuat dirinya menjadi kaya raya sebelum memulihkan ekonomi Libanon yang dihancurkan perang setelah menjadi perdana menteri, mundur Oktober silam. Ia tidak cocok dengan gaya Presiden Emile Lahoud yang pro-Suriah. Hariri kadang dianggap sebagai arsitek kebangkitan ekonomi Libanon yang dihancurkan perang saudara. Tapi yang lain memandang pemerintahannya terlalu boros dan menciptakan koruptor serta utang. Biasanya Hariri dikawal ketat ke mana pun ia pergi. Begitu terkena ledakan, ia segera dilarikan ke rumah sakit Universitas Amerika. Para pendukung Hariri berkumpul di luar rumah sakit. Banyak yang menggelengkan kepala, mengisyaratkan duka. Presiden Emile Lahaoud pun langsung mengadakan sidang kabinet darurat. Sementara itu, Perdana Menteri Omar Karameh pergi ke lokasi kejadian bersama sejumlah anggota parlemen. nk/afp/bbc