Jakarta masih menjadi tempat favorit pembuangan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3). Maret lalu, 15 kontainer berisi bahan berbahaya impor masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok. Kini sudah datang 20 kontainer dari luar negeri berisi bahan yang sama. Kontainer yang diimpor oleh sebuah perusahaan fiktif tersebut berisi botol, plastik, kertas, serta sampah tekstil yang dipenuhi unsur limbah B3. Menurut staf ahli Kementerian Lingkungan Hidup, Heri Hamdani, barang impor itu didatangkan dengan pola yang sama pada Maret lalu. Saat ini bahan berbahaya diimpor oleh sebuah perusahaan kertas di Jakarta. "Kali ini importirnya fiktif," ujarnya. Kepala Bidang Pencegahan dan Penyidikan Kantor Wilayah Bea dan Cukai IV Jakarta Jusuf Indarto menyatakan akan menuntut pertanggungjawaban agen pelayaran Zhonghai Indo Shipping yang membawa kontainer berbahaya. "Kami terus menyelidiki siapa importirnya," katanya. Menurut Jusuf, kontainer tersebut dibawa oleh kapal CSCL Felixstowe SX100 E yang berbendera Siprus dengan pemasok Grosvenor Waste Management Limited dari Inggris. Kapal itu sempat singgah di Pelabuhan Rotterdam, Belanda, pada 9 Februari. Dari Belanda, kapal itu melanjutkan pelayaran ke Port Klang, Malaysia, dengan tujuan akhir Pelabuhan Tanjung Priok. Kontainer rencananya akan dikirim ke PT NIP di Jakarta. Berdasarkan dokumen di pelabuhan, kata Jusuf, disebutkan bahwa kontainer berisi waste paper dan unsorted-mixed paper. Manifes kontainer terdaftar di Bea dan Cukai pada 7 Maret. "Setelah ditunggu, ternyata importir (PT NIP) tidak datang," katanya. Akhirnya, Bea dan Cukai menyegel kontainer pada 14 Maret. Kedatangan limbah beracun ke Indonesia membuat Komisi Lingkungan Hidup DPR jengkel.