Belajar Dari Batman

Edisi: 47/33 / Tanggal : 2005-01-23 / Halaman : 70 / Rubrik : DMS / Penulis : Prajasto, Anton , ,

INI kisah tentang Batman. Hanya, memang, bukan cerita heroik si manusia kelelawar sebagaimana yang ada di komik, Batman (Barangay Administration Training Manual Project) yang satu ini merupakan sebuah lembaga yang dibentuk oleh tujuh organisasi non-pemerintah yang berbasis di Manila, Filipina, pada 1997, dan diniatkan sebagai proyek pembangunan demokrasi berkualitas.

Ada beberapa soal, mengapa lembaga ini mendesak untuk dibangun. Dari hasil pengamatan konsursium organisasi non-pemerintah pendiri lembaga ini setidaknya menyimpulkan, pemilihan umum (pemilu) yang bebas dan rahasia serta pers yang bebas disadari bukan jaminan bagi adanya perwakilan yang murni. Jika partisipasi mengikuti pemilu adalah ukurannya, timbangan itu hanya sanggup menimbang kuantitas tapi tidak kualitas demokrasi. Karena itu, demokrasi formal yang bersifat instan (kuantitatif) saja tidaklah cukup benar. Sebab, jika hanya mengandalkan semata-mata pada demokrasi formal, bisa saja sistem politik didominasi oleh kekuasaan uang dan pemilihan umum dikotori oleh politik uang.

Bukankah pemilu itu merupakan respons masyarakat sipil, agar dapat mengikuti pemilihan pemerintahan desa—termasuk mereka yang ikut melawan rezim Marcos. Apalagi hal itu telah memiliki dasar hukum yang tertuang dalam Undang-Undang Pemerintah Lokal 1991. Undang-undang tersebut bukan saja mengalihkan sumber daya pada pemerintahan daerah tapi juga mengatur mekanisme bagi partisipasi warga dalam tata pemerintahan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Rosalyn Ramos, salah satu aktivis Batman, mekanisme ini untuk menciptakan ruang dan tantangan baru. ”Ruang yang dibutuhkan guna makin terlibat dan terwakilinya…

Keywords: -

---

Foto Terkait