Menanti Menderasnya Kucuran Kredit
Edisi: 47/33 / Tanggal : 2005-01-23 / Halaman : 83 / Rubrik : IT / Penulis : Purwono, Danis , Gavindi, M. Insan , Priyanto, Wawan
KARNO, 41 tahun, lumayan pusing dengan menumpuknya bahan baku di rumahnya yang merangkap bengkel kerja. Ia masih butuh modal tambahan untuk membeli beberapa peralatan baru agar dapat menghasilkan produk kerajinan bernilai tambah lebih tinggi. Dengan nilai tambah yang lebih tinggi, ia boleh berharap memperoleh penghasilan dan keuntungan yang meningkat.
Untuk itu, telah sekian bulan pengusaha kerajinan batu fosil alam ini berkeliling dari satu bank ke bank yang lain, untuk memperoleh kredit investasi. Kebutuhannya kecil saja sebenarnya, sekitar Rp 50 juta. Berhasilkah dia? Rp 5 juta saja tak dapat, tutur pelaku usaha kecil menengah di Lebak, Banten ini. Suaranya bernada kecewa.
Padahal usaha yang telah digelutinya lebih dari lima tahun itu punya potensi besar. Tiap bulan, ia mampu menjual lima ton batu alam ini seharga Rp 5.000-6.000 per kilogram, dalam bentuk bahan baku dan produk jadi. Sumber daya alam khas Kabupaten Lebak yang unik ini merupakan fosil dari kayu jutaan tahun lalu, yang telah membatu. Peminatnya banyak. Selain kolektor dalam negeri, tak sedikit pengusaha dari Jepang, Korea, Cina, dan Taiwan menyambangi Lebak untuk memborong benda langka ini ke negeri mereka. Sayangnya, pihak bank seperti belum mau melihat potensi luar bisa itu. Selain faktor ketiadaan agunan dari pihak Karno, pihak bank belum mampu menangkap besarnya prospek usahanya.
Selain Karno, masih sangat banyak pelaku UKM bernasib serupa. Namun, dengan komitmen pemerintah baru pada UKM, tahun ini diharapkan nasib mereka bakal terangkat. Mudah-mudahan bukan sekadar angin…
Keywords: -
Rp. 15.000
Artikel Majalah Text Lainnya
S
I
P