Renungan Untuk Pejuang

Edisi: 47/33 / Tanggal : 2005-01-23 / Halaman : 113 / Rubrik : TER / Penulis : Idayanie, L.N. , ,


SUARA gemuruh pesawat tempur meraung-raung. Layar terbuka. Sosok lelaki tengkurap di bawah siraman sinar merah, sinar dari ujung seng berbentuk corong yang menggantung tepat di atas tubuhnya. Mengancam, bagai ujung pisau membara, siap menancap di dada.

"Seperti yang kutakutkan selama ini, akhirnya orang-orang itu membunuhnya. Aku mengetahui dari koran-koran. Aneh rasanya…."

Laki-laki itu mulai bergerak-gerak, akhirnya bangun. Bercerita tentang kematian, tentang makna hidup, penyesalan dan kemarahan. Bagi sebagian orang, kematian merupakan kehilangan besar. Tetapi, bagi sejumlah orang lain, kematian adalah perayaan kemenangan.

Meski sempat ada kata-kata yang terlepas, Whani Darmawan, lakon tunggal pentas monolog itu, dengan lancar mengalirkan kata-kata. Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (13/1) pekan lalu itu, penuh. Di depan lebih dari 300 pengunjung, Whani memainkan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16

Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…

P
Peluit dalam Gelap
1994-04-16

Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.

S
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05

Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…