Kita Tak Sigap Hadapi Perubahan

Edisi: 35/35 / Tanggal : 2006-10-29 / Halaman : 98 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Susanto, Heri, ,

INDONESIA agaknya bakal tak siap menghadapi era perdagangan bebas di Asia Tenggara (AFTA) tiga tahun lagi. Paling tidak, belum terlihat langkah-langkah konkret untuk membenahi industri Indonesia menghadapi liberalisasi perdagangan tersebut. "Yang terjadi, satu per satu industri malah berguguran," ujar Rahmat Gobel, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

Musim gugur itu, antara lain, melanda industri tekstil dan produk tekstil, pupuk, dan furnitur. Industri yang lain sudah berada dalam daftar tunggu. Selain karena kalah menghadapi berbagai persoalan, seperti masuknya produk Cina, industri Indonesia mesti berhadapan dengan pelbagai kebijakan pemerintah yang tidak terintegrasi, terencana, dan konsisten.

Ironisnya, pemerintah dan DPR malah sibuk berdebat soal Rancangan Undang-Undang Perpajakan dan Rancangan Undang-Undang Investasi, bukannya bergegas segera membereskannya. Padahal, negara-negara lain sudah berlomba memperbaiki iklim investasinya. "Kita harus cepat menyesuaikan diri agar tak tertinggal," ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronik Indonesia ini.

Kepada Heri Susanto dari Tempo, Presiden Direktur PT National Gobel berusia 44 tahun itu menyampaikan berbagai problem yang dihadapi industri di Indonesia, sekaligus solusinya, di Hotel Grand Hyatt, Jumat dua pekan lalu.

Bagaimana Anda melihat daya saing industri Indonesia menghadapi produk negara lain?

Sebenarnya, daya saing industri Indonesia dalam menghasilkan produk bermutu masih cukup besar. Di sini ada potensi sumber daya manusia yang terampil dan sumber alam yang cukup tersedia. Itu bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan industri berbasis sumber alam seperti industri pengolahan hasil perkebunan, kelautan, perikanan, dan pertanian. Bahkan…

Keywords: -

---

Foto Terkait