Tak Cukup Berhenti Pada Niat

Edisi: 35/35 / Tanggal : 2006-10-29 / Halaman : 112 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Dharmasaputra, Metta, Setyarso, Budi, Susanto, Heri

PADA suatu hari bulan Mei tahun ini, di Terminal III Khusus TKI di Bandar Udara Soekarno Hatta, Cengkareng. Di tempat aneka cerita pilu tentang pengalaman di negeri asing dan pemerasan setibanya di negeri sendiri kerap terdengar itu, Presiden Yudhoyono mendadak muncul. Ia memang cepat menjumpai suasana tidak menegangkan. Didampingi Ibu Negara, ia melakukan dialog langsung dengan hampir seratus tenaga kerja perempuan yang baru tiba dari Timur Tengah dan Malaysia.

Kebanyakan TKI merasa beruntung: tak ada pungutan liar dan perlakuan buruk di terminal khusus itu. Apalagi mereka menyaksikan, di bawah tatapan langsung Presiden, segala proses yang tersisa lancar-lancar saja. Semua tampak beres, sampai kemudian datanglah dua tenaga kerja mengadu kepada Presiden sambil terisak.

Siti Hafidah, namanya. Siti di paspor usianya tertera 23 tahun, kendati usia seungguhnya jauh di bawah itu. Dan ia bercerita tentang pengalaman buruknya di Arab Saudi. "Saya sering disiksa," katanya, menggambarkan perlakuan majikannya yang tak manusiawi.

TKI kedua datang dengan keluhan lebih memprihatinkan. Supriyana binti Tugiman asal Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengaku hanya diberi enam bulan gaji untuk satu setengah tahun masa kerjanya. Ketika ia ngotot menuntut haknya itu, ia malah dituduh memukul anak majikannya, dan untuk itu ia dipenjara dua setengah bulan di Riyadh, Arab Saudi.

Mendengar keluhan-keluhan ini, Presiden langsung meminta ajudan mengontak Menteri Agama Maftuh Basyuni, yang tengah bersiap…

Keywords: -

---

Foto Terkait