Di Antara Kerangka Baja

Edisi: 39/22 / Tanggal : 1992-11-28 / Halaman : 70 / Rubrik : SR / Penulis : BBU


IA pernah menggambar Bung Karno dari sebiji prangko yang mungil, menjadi
lukisan besar sekitar 2 X 2 meter. Ia pernah melukis Tugu Monas, persis
seperti dilihat sehari-hari, tapi di pucuknya bertengger botol kecap besar,
bukan api yang keemasan. Ia pun pernah melukis R.A. Kartini, tidak dalam
seting Jepara di abad ke-19, tapi dalam seting dunia modern di sebuah salon
kecantikan. Ia bernama Dede Eri Supria, 36 tahun kini, pelukis yang berbicara
dengan bahasa gambar yang realistis, yang mencoba menampilkan hal-hal yang
berkaitan dengan kota besar, tapi dengan megguncangkan objek-objeknya,
sehingga yang muncul adalah sebuah dunia imajiner -- dunia yang bukan seperti
kita lihat sehari-hari, meski unsur-unsurnya persis seperti yang kita lihat
sehari-hari.

; Dan lukisan Dede di tahun 1992 pada dasarnya tetap begitu. Cuma, dalam
pamerannya di Gedung Pameran Seni Rupa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta, 17-26 November ini, ada objek baru yang dominan di antara 47 karya
yang dipamerkannya kini. Yakni kota yang diwakili oleh pemandangan konstruksi
baja dan beton yang kukuh, tapi dengan warna-warna manis enak dipandang.
"Entah kenapa saya senang melihat konstruksi-konstruksi baja itu," katanya di
tempat ia berpameran. Ia, katanya, bisa berjam-jam "menikmati" baja
bersilangan itu di satu sudut Jakarta, misalnya, yang rasanya "kok artistik".

; Mungkin "rasa nikmat" itulah yang hendak ia bagi bersama lewat karya-karya
1992-nya, Di Antara Besi Beton, Waktu Istirahat, Yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16

Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…

Y
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16

Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…

P
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05

Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…