Begawan Paramadina Turun Gunung
Edisi: 10/32 / Tanggal : 2003-05-11 / Halaman : 28 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Zulkifli, Arif, Prasetya, Adi, Taufik, Ahmad
NURCHOLISH Madjid menggelar sajadah. Ruang kerjanya yang sempit, hanya sekitar 3 x 4 meter persegi, terasa makin sesak dengan matras yang terjulur. Di kampus Universitas Paramadina Mulya di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, azan baru saja terdengar. "Saya salat asar dulu," katanya kepada TEMPO, Selasa pekan lalu.
Di ruang sebelah, di dalam sebuah aula besar, sekitar 20 anak muda menunggu. Ada dosen, aktivis lembaga swadaya masyarakat, politikus, dan peneliti. Cak Nur, demikian Nurcholish biasa disapa, lalu menemui mereka. Ada yang bertanya tentang keseriusan Nurcholish menjadi presiden. Yang lain menjanjikan dukungan partai politik. Seorang lainnya setengah bergurau menawarkan diri, "Mungkin kami bisa menitipkan nama calon menteri kepada Cak Nur."
Tamu nyaris tiada henti. Sehari setelah Rektor Universitas Paramadina Mulya itu menyatakan diri bersedia dicalonkan menjadi presiden 2004, kamar kerjanya banyak didatangi orang. Selain anak-anak muda tadi, pada hari yang sama datang seorang pengusaha sekaligus bekas petinggi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI. Tak jelas apa maksud kedatangan sang bekas jenderal. Kebetulan Cak Nur tak ada di tempat.
Orang dari kalangan sendiri juga ramai bertandang. Dua mahasiswi yang menemui sang Rektor bertanya sedikit cemas, "Kalau mahasiswa tak setuju Bapak jadi presiden, bagaimana?" Nurcholish tersenyum. "Ini niat yang sudah lama saya renungkan. Mungkin saya akan nonaktif dari kampus," katanya. Paras dua mahasiswi itu lalu tertekuk. Mereka tampak kecewa.
Rentetan pertanyaan ini tak lepas dari peristiwa Senin pekan lalu. Saat itu, Cak Nur, 64 tahun, membuat keputusan menyentak. Kepada para wartawan yang diundangnya ke kampus Paramadina, ia berkata, "Jika ditanya, insya Allah, saya bersedia (jadi presiden)." Ia lalu membeberkan platform politik yang ia beri judul Membangun Kembali Indonesia. Dalam platform yang berisi 10 butir sikap politik itu, ia mengkampanyekan perlunya pemerintahan yang bersih, rekonsiliasi nasional, kebebasan pers dan akademik, serta reformasi ekonomi.
Ini memang saat bersejarah dalam hidup seorang Nurcholish Madjid. Sudah lama ia memilih menjadi pengamat di "luar pagar". Bersama kandidat lain dari dalam dan luar partai, Cak Nur akan bertanding memperebutkan kursi presiden pada Pemilu 2004. UU Pemilu yang baru memang memberikan tempat kepada tokoh di luar partai untuk ikut bertarung dalam pemilu yang dilaksanakan secara langsung.
Sebelumnya, ia seperti berumah di atas…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…