Terlambat Di Batas Toleransi
Edisi: 44/32 / Tanggal : 2004-01-04 / Halaman : 84 / Rubrik : EB / Penulis : , ,
KEDUA bola mata Chusnul Mar'iyah tampak memerah. Wajahnya kuyu. Sesekali dia menangkupkan badannya ke meja, sementara beberapa staf ahli yang mendampinginya terus nyerocos menyampaikan penjelasan. "Sudah dua hari ini saya tidak tidur," katanya. Dia harus begadang memelototi kembali berbagai dokumen perusahaan peserta tender ulang proyek Teknologi Informasi (TI) Komisi Pemilihan Umum (KPU), awal Oktober lalu.
Untung, dia ditemani tim ahli yang energetik pimpinan Prof. Toemin A. Masoem, dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (UI). Hasilnya: konsorsium lima perusahaan dinyata- kan sebagai pemenang dengan harga penawaran Rp 152,729 miliar. Dua perusahaan lain, Asaba dan Berca, mengajukan harga lebih tinggi, masing-masing Rp 164,256 miliar dan Rp 155,547 miliar. Selain proyek TI, masih ada proyek lain bernilai ratusan miliar rupiah yang harus ditenderkan.
Sebutlah pengadaan kotak suara, kertas dan surat suara, kartu pemilih, serta kendaraan bermotor. Semua ditangani langsung anggota KPU di bawah koordinasi Chusnul sebagai ketua panitia pengadaan logistik Pemilu 2004. Nada miring pun nyaring terdengar. Beberapa perusahaan yang kalah tender tak cuma mengajukan protes, tapi juga somasi. Sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) pun ikut meramaikan melalui aksi demonstrasi.
Buntutnya, beberapa…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…