Dari The Beatles Hingga Benyamin Sueb

Edisi: 40/31 / Tanggal : 2002-12-08 / Halaman : 84 / Rubrik : GH / Penulis : Bektiati, Bina , Endah W.S., Budiyarso, Edy

PIRINGAN hitam, cakram padat (CD), dan kaset berdebu tertumpuk di sudut kios-kios Jalan Surabaya, Jakarta Pusat, berebut perhatian dengan barang antik yang dijajakan di sana. Barang-barang itu diletakkan sembarangan saja, seperti layaknya barang tiada harga. Tapi udara panas dan asap kendaraan yang berkeliaran di jalan sempit itu sama sekali tak menghalangi keasyikan para kolektor yang menilai benda itu seperti layaknya harta karun.

Jalan Surabaya memang salah satu pusat perhatian para kolektor lagu-lagu lama yang direkam lewat berbagai bentuk: pita kaset, pelat piringan hitam, atau lempeng CD. Para kolektor bisa mengecek di situ jenis lagu apa yang sedang menjadi tren, apa yang sedang dicari orang, dan siapa saja yang biasa berburu. Deretan kios penjual barang antik di kawasan Menteng itu sudah dikenal sejak awal 1970-an. Tak hanya menjadi ladang perburuan kolektor domestik, melainkan juga dari luar negeri.

Belakangan ini para penjual di sana mengaku kerap didatangi orang asing, khususnya dari Jepang, Korea, atau Belanda. Mereka umumnya mencari rekaman lagu-lagu rock klasik Indonesia milik grup seperti God Bless atau AKA, yang populer pada 1970-an. Ada, misalnya, seorang kolektor Jepang yang memang secara khusus hanya mengumpulkan rekaman grup-grup rock Asia.

"Para pedagang itu memilih menjual cakram mereka ke orang asing," kata Denny Sakrie, pengamat musik yang juga seorang kolektor. "Orang asing…

Keywords: -

---

Foto Terkait