Sebuah Ruang Untuk Yogyakarta
Edisi: 37/35 / Tanggal : 2006-11-12 / Halaman : 70 / Rubrik : SR / Penulis : Idayanie, L.N., ,
SESOSOK tubuh berbaju loreng berdiri di sebuah kuil kecil. Kedua tangannya menggantung di kiri-kanan. Wajahnya tertutup tanda pangkat dan pelbagai simbol kemiliteran. Kepalanya menyangga atap rumah ibadah itu.
Melihat Shelter Me I karya perupa Mella Jaarsma dari Rumah Seni Cemeti itu, sebuah bayangan kekerasan berkelebat cepat. Namun bayangan itu segera lenyap, terendam nuansa artistik dan religius kuil Cina yang membungkusnya. Imajinasi yang mengembara memuarakan kesan: sekeras apa pun sikap dan perilaku manusia, akan melunak dan santun manakala hidupnya terbungkus agama.
Mella sendiri tak hendak membatasi imajinasi orang. Tapi, kata Mella, konsep awal pembuatan karya itu didasari sebuah kenyataan, bahwa hidup dan kehidupan manusia membutuhkan pelindung, entah apa namanya. Bisa jadi baju, rumah, agama, atau jabatan. "Kuil dan baju militer saya pakai untuk simbol pelindung yang dibutuhkan manusia," tutur perupa kelahiran Belanda ini.
Karya Mella itu terpajang di Jogja Gallery dalam pameran bertajuk Icon: Retrospective, yang digelar pada 19 September-19 November. Pameran ini menandai dibukanya rumah seni baru di bekas bioskop Soboharsono, yang dibangun pada 1929, di sudut Alun-alun Utara Yogyakarta.
Karya Mella itu dipilih sebagai salah satu wakil dari generasi 1980-an dalam ruang pameran yang mencatat ikon-ikon perjalanan seni rupa di Yogyakarta itu. Seluruhnya ada 85…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…