Menghidupkan Hari Dengan Kopi
Edisi: 11/32 / Tanggal : 2003-05-18 / Halaman : 60 / Rubrik : GH / Penulis : Bektiati, Bina , Prabandari, Purwani D., Srihartini , Rinny
TAKARANNYA selalu ajek dan tepat, setiap hari: tiga sendok teh kopi bubuk dan setengah hingga sesendok teh gula yang ditaruh dalam mug, lalu air mendidih dituangkan di situ. Aroma kopi tubruk yang wangi dan khas serta-merta melayang. Sesudah diaduk, bibir pun menyeruput dan lidah mencecap.
Laksmi Pamuntjak memulai harinya selalu dengan "ritual" itu. "Tanpa secangkir kopi, rasanya belum hidup," kata penulis buku Jakarta Food Guide ini. "Saya memilih tidak sarapan ketimbang tidak minum kopi." Sehari Laksmi rata-rata menghabiskan enam cangkir kopi.
Mulai suka minum kopi pada usia 16 tahun, Laksmi baru benar-benar bebas menikmati kopi saat tinggal di Perth, Australia. Waktu itu umurnya 18 tahun. Di perantauan itulah, baginya, larangan orang tuanya agar ia menjauhi kopi tak berlaku. Keinginannya untuk menikmati kopi kian kuat karena di Negeri Kanguru itu budaya kafe kopi sudah sangat berkembang, sejak akhir 1980-an.
Cerita Farhan, penyiar radio Hard Rock FM, lain lagi. Dia mulai menyeruput kopi sejak SMP. Saat itu dia hanya ingin kelihatan sebagai laki-laki: merokok dan minum kopi. "Meskipun awalnya terasa tidak enak, pahit, lambat-laun saya belajar untuk mengenali kopi yang enak," kata Farhan, yang menyukai kopi tubruk Lampung dan yang berlabel Blackwell dari toko kopi di Inggris.
Farhan lalu bertualang dengan kopi. Dia menjelajahi berbagai jenis kopi kategori robusta, arabika, dan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…