Meninggalkan Kubangan Bersimbah Musibah
Edisi: 12/32 / Tanggal : 2003-05-25 / Halaman : 58 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : , ,
AMBON hari ini adalah kota seribu monumen. Reruntuhan bangunan rumah, toko, tempat ibadah di seantero kota, seakan mengabadikan kenangan getir konflik panjang sejak empat tahun silam. Di atas puing-puing itulah, kini, warga Ambon menata kembali kehidupan mereka yang diniatkan teratur dan damai.
Kota ini tak lagi seangker dulu, ketika letusan senjata tak pernah jeda walau sehari. Memang, "peta kota" masih terpilah dua: daerah seputar pelabuhan untuk orang Islam, dan daerah ketinggian menjadi permukiman warga Kristen. Tapi jembatan antarkawasan ini mulai terentang. "Pada siang hari, orang-orang Kristen sudah bisa mendatangi pelabuhan di samping Masjid Al-Fatah. Pengojek sepeda motor dari daerah Islam pun sudah leluasa ke daerah-daerah permukiman orang Kristen," kata S. Sinansari Ecip, wartawan senior yang kerap mengunjungi Ambon dan menuliskan perjalanannya dalam sejumlah buku.
Kendati masih dalam suasana berwaspada, warga kedua kelompok bertikai bisa saling mengunjungi. Kawasan Kuda Mati, daerah paling angker di daerah Kristen, sudah bisa ditandangi beberapa warga muslim. Begitu juga Jalan Sultan Baabullah di depan Masjid Al-Fatah, yang kini bisa dilintasi warga Kristen.
Hotel Ambon Manise, hotel bintang tiga di perbatasan wilayah merah (Kristen) dan putih (Islam) di Jalan Pantai Mardika, Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau, kini menerima tamu dari dua kelompok. Jalan di depan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…