Sebutir Mutiara Di Rak Buku

Edisi: 12/32 / Tanggal : 2003-05-25 / Halaman : 146 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : , ,


MEREKA para pendatang baru generasi kedua di toko-toko buku. Nama-nama mereka memang terdengar pribumi, tapi pikiran-pikiran mereka telah mengembara jauh: memetik sedikit dari Marx dan Engels, mencomot dari Lenin, meminjam dari Trotsky atau Bakunin. Tan Malaka, Marco Kartodikromo memang nama-nama yang pernah populer di suatu masa lalu di negeri ini. Tapi bukan itu yang sekarang menarik. Di masa Orde Baru, mereka adalah nama-nama yang seksi: dibicarakan dengan suara rendah dan didiskusikan dalam rapat-rapat gelap.

"Sebenarnya, Tan Malaka bukan hanya pahlawan, ataupun bukan hanya manusia berjiwa besar…. Kalau Tan Malaka hidup di Prancis, ia akan dimakamkan di tempat yang paling terhormat, yang disebut Pantheon alias monumen yang didirikan untuk selalu mengingatkan pada grands-hommes dari suatu bangsa." Begitu salah satu paragraf dalam kata pengantar Madilog terbitan Teplok Press. Tan Malaka pribadi yang memukau, tapi ia berkali-kali menekankan kesadaran kelas—pandangan yang tentu saja tak sejalan dengan Orde Baru.

Zaman berubah, rezim berganti. Di sebuah toko buku besar dan populer, buku-buku karya Tan Malaka—Madilog, Aksi Massa, atau Gerpolek—dikumpulkan di sebuah sudut strategis. Sedangkan Student Hidjo, suatu novel karya…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04

Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…

D
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04

Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…

Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…