Memburu Kudama, Aktor Berbilang Terorisme

Edisi: 38/31 / Tanggal : 2002-11-24 / Halaman : 28 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Zulkifli, Arif , Fajar W.H., Sunudyantoro


POLISI itu mengorek-ngorek sepetak tanah dengan ketekunan seorang arkeolog. Sambil memegang sebatang tongkat, tubuhnya membungkuk-bungkuk. Pelan-pelan ia mencungkili inci demi inci tanah itu. Lahan kering tandus itu seketika mengepulkan debu. Tapi semuanya tak berlangsung lama: tiba-tiba ia berhenti karena tongkatnya menumbuk sebuah benda padat. "Mungkin ini," katanya.

Di depannya menyembul sebatang paralon tua. Hampir saja ia menggali lagi untuk mengangkat saluran plastik itu. Tapi seorang kawan mencegah. "Lha nek iku dudu. Ukurane luwih cilik (Kalau yang itu bukan. Ukurannya lebih kecil)," kata teman tadi. Yang dicegah beringsut. Ia tahu sedang melakukan kesalahan. "Itu paralon biasa, cuma saluran pembuangan tinja," kata seorang penduduk seraya tersenyum.

Adegan itu terjadi di Desa Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur, pekan lalu. Setelah polisi menemukan enam paralon besar berisi amunisi dan senjata di Hutan Dadapan—tak jauh dari desa itu—seisi dusun terasa menjadi kawasan yang mencurigakan. Rumah, pondok pesantren, kebun, dan pekarangan ditelisik. Orang yang dicurigai ditangkap dan diinterogasi.

Dusun kecil nan senyap yang terletak 80 kilometer dari barat Surabaya itu mendadak menjadi kawasan ramai karena kunjungan polisi, wartawan, atau penduduk desa lain yang sekadar ingin tahu. Dua mobil van milik dua stasiun televisi swasta yang diparkir di pojok desa menambah seru suasana. "Wah, sekarang saya capek banget, tiap hari diminta cerita soal senjata terus," kata Khozin, seorang warga dusun.

Semuanya berawal dari Amrozi, orang yang disangka menjadi bagian dari aksi pengeboman Kuta, Bali, 12 Oktober lalu. Kepada polisi, pria 39 tahun itu membeberkan jaringan pelaku pengeboman. Ia "bernyanyi": selain menyebutkan sejumlah nama, ia menunjuk tempat-tempat yang berkaitan dengan perencanaan aksi yang membunuh hampir 200 orang dan melukai ratusan orang lainnya itu. Polisi bersorak: hanya dalam sebulan setelah ledakan Bali, aparat menemukan jaringan pengebom. Pujian datang dari mana-mana.

Kepada Kepala Kepolisian RI Jenderal Da'i Bactiar, dalam sebuah "talk show" yang disaksikan wartawan, Amrozi bercerita. Rencana pengeboman disusun di Solo, Jawa Tengah, sejak September lalu. Amrozi sempat bertemu dengan Kudama alias Imam Samudra, Idris alias Jhoni Hendrawan, dan Martin di sebuah warung di daerah Pabelan, Solo.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…