Muhammad Ali Dan Islam

Edisi: 22/22 / Tanggal : 1992-08-01 / Halaman : 49 / Rubrik : BK / Penulis :


Dari Casius Clay ke Muhamamd Ali

; MUHAMMAD Ali: "Ibuku seorang Baptis, dan ketika saya besar, ia mengajari
segala yang ia ketahui tentang Tuhan. Setiap Minggu, ia mendandani saya, dan
membawa saya dan abang saya ke gereja. Ia mengajari kami hal-hal yang
dianggapnya benar. Ia mengajari kami supaya mencintai sesama dan memperlakukan
siapa pun dengan baik. Ia mengajari kami bahwa berprasangka dan membenci itu
salah.

; Ketika saya beralih agama, Tuhan ibuku tetap Tuhan; saya hanya menyebutnya
dengan nama yang lain. Dan pandangan tentang ibu saya tetap seperti yang saya
katakan jauh sebelumnya. Dia baik, gemuk, perempuan menawan yang suka memasak,
makan, menjahit, dan senang berada bersama keluarga. Ia tidak minum, merokok,
dan mencampuri urusan orang, atau menggangu siapa pun. Tak seorang pun lebih
baik kepadaku sepanjang hidupku, kecuali dia."

; ***

; Sejak awal kariernya, Cassius Clay, yang kemudian mengubah namanya menjadi
Muhammad Ali itu, dianggap oleh banyak orang sebagai "pemuda kulit berwarna
yang baik". Dan bila kemudian ia dikenal sebagai si "mulut besar", Clay
mempunyai alasannya sendiri.

; "Di mana saya akan berada minggu depan," katanya suatu ketika pada
wartawan, "jika saya tidak tahu bagaimana caranya berteriak dan membuat
publik menaruh perhatian pada saya? Saya mungkin masih miskin, dan terpuruk di
rumah, mengelap jendela atau tangga berjalan dan sebentar-sebentar berkata,
yes suh, no suh -- yes sir, no sir. Tapi kini saya menjadi salah satu atlet
dengan bayaran tertinggi di dunia. Pikirkan itu. Pemuda kulit berwarna dari
Selatan menghasilkan satu juta dolar."

; Cassius Clay adalah seorang kulit berwarna yang membuat kulit putih Amerika
merasa nyaman. Sindikat yang mendukung petinju ini semua kulit putih.
Kemudian, untuk pertama kalinya, di markas Clay seorang kulit hitam "jenis
lain" muncul ke permukaan.

; Tanda-tanda munculnya "persoalan" pertama kali terjadi pada September 1963.
Yaitu ketika harian Philadelphia melaporkan bahwa Clay menghadiri rapat akbar
yang diselenggarakan oleh Black Muslims di Philadelphia:

; "Clay tampak di tengah kerumunan sekitar lima ribu orang yang tengah
mendengarkan Elijah Muhammad, pemimpin Nation of Islam, yang selama tiga jam
memaki-maki ras putih dan memopulerkan pemimpin-pemimpin Negro. Clay, yang
datang ke situ dari Louisville, Kentucky, ada di antara mereka yang mendukung
Elijah Muhammad sebagai pemimpin muslim kulit hitam di negeri itu dan di
seluruh dunia yang berniat membentuk barisan tangguh untuk menentang kulit
putih. Meskipun Clay waktu itu mengaku bukan seorang muslim, ia mengatakan
Muhammad seorang yang hebat."

; Laporan Philadelphia meluas tanpa begitu menarik perhatian. Ketika itu Clay
belum menandatangani kontrak untuk bertarung dengan Sonny Liston, dan Nation
of Islam, nama asli Black Muslims, masih belum terkenal. Kemudian, pada 21
Januari 1964, Clay meninggalkan kamp latihan dan pergi dari Pantai Miami ke
New York. Waktu itulah kontrak merebut kejuaraan ditandatangani. Pertarungan
sudah dekat, dan Clay kini bukan sekadar menghadiri rapat-rapat kelompok
muslim itu, tapi juga berpidato. Malcolm X mendampinginya. Sampai-sampai surat
kabar New York Herald Tribune menulis:

; "Petinju muda urakan yang merayakan ulang tahun ke-22-nya pekan lalu
barangkali bukan pembawa kartu anggota masyarakat muslim. Namun, tak
disangsikan, ia bersimpati pada tujuan masyarakat muslim, dan dengan
kehadirannya di pertemuan itu ia memberikan gengsi pada kelompok itu. Dialah
kulit hitam yang terkenal secara nasional pertama yang mengambil bagian aktif
dalam gerakan Islam. Namun, ia belum mengumumkan secara resmi dukungannya pada
kelompok Islam. Ia mungkin tidak akan membicarakan topik itu secara terbuka.
Ia berbicara tentang pukulan-pukulannya, kecepatannya, penampilannya yang
baik, tapi ia bungkam tentang gerakan itu."

; Cerita itu menghangat. Dua pekan kemudian, berkala Louisville Courier-Journal
melansir wawancara dengan Clay tentang kunjungannya ke New York. "Tentu saja saya
bicara dengan kelompok Islam," katanya mengaku. "Dan saya akan kembali lagi. Saya
menyukai orang-orang Islam. Saya tidak akan mati-matian memaksa diri saya masuk
dalam suatu kelompok bila mereka tidak menghendaki saya. Saya menyukai hidup saya.
Integrasi itu salah. Masyarakat kulit putih tidak menginginkan persatuan. Saya
tidak percaya hal itu bisa dipaksakan, demikian juga orang-orang Islam. Jadi,
apa yang salah dengan kelompok Islam?"

; Pada tanggal 7 Februari 1964, 18 hari sebelum pertarungannya dengan sang
juara kelas berat Sonny Liston, artikel di Miami Herald mengutip ucapan ayah
Clay, Cassius Clay Sr.: "Anak saya bergabung dengan Black Muslims."

; Dan inilah pengakuan Muhammad Ali sendiri: "Saya mendengar perihal tentang
Elijah Muhammad pertama kali di Turnamen Golden Gloves di Chicago (1959).
Kemudian, sebelum saya berangkat ke Olimpiade, saya melihat koran yang
diterbitkan oleh Nation of Islam, Muhammad Speaks. Saya tidak begitu
memperhatikannya, meskipun banyak hal mampir di benak saya.

; Ketika saya dewasa, pemuda kulit hitam bernama Emmett Till dibunuh di
Mississippi karena menyuiti seorang wanita kulit putih. Emmet seumur dengan
saya. Mereka menangkap para pembunuhnya, tapi tidak diapa-apakan. Kejadian
seperti ini berulang terus. Dan dalam hidupku, ada tempat-tempat di mana saya
tidak bisa masuk, tempat-tempat di mana saya tidak bisa makan. Saya
memenangkan medali untuk Amerika Serikat di olimpiade, dan ketika saya pulang
ke Louisville, toh saya tetap diperlakukan sebagai Negro. Sejumlah restoran
tak mau melayani saya. Beberapa orang tetap memanggil saya boy. Kemudian di
Miami (pada tahun 1961), ketika saya latihan, saya bertemu dengan pengikut…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Tamparan untuk Pengingkar Hadis
1994-04-16

Penulis: m.m. azami penerjemah: h. ali mustafa yakub jakarta: pustaka firdaus, 1994. resensi oleh: syu'bah…

U
Upah Buruh dan Pertumbuhan
1994-04-16

Editor: chris manning dan joan hardjono. canberra: department of political and social change, australian national…

K
Kisah Petualangan Wartawan Perang
1994-04-16

Nukilan buku "live from battlefield: from vietnam to bagdad" karya peter arnett, wartawan tv cnn.…