Imam Yahya Hendi: ”amerika Lebih Paham Islam Setelah Tragedi 11 September”

Edisi: 40/30 / Tanggal : 2001-12-09 / Halaman : 48 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


ADA sebuah acara istimewa di awal masa sidang Kongres Amerika Serikat, 15 November lalu, yaitu lantunan ayat-ayat suci Al-Quran, yang dikumandangkan seorang laki-laki muda berkumis tipis, bercambang, dan berkopiah. Jangan kaget, upacara kecil itu diselenggarakan untuk menghormati datangnya Ramadan dan didengarkan khusyuk oleh para anggota kongres!

Pria tersebut adalah Imam Yahya Hendi, ustad dari Georgetown University, universitas swasta Katolik di Washington, DC, AS. Hendi, yang mengajarkan pula mata kuliah hidup Nabi Muhammad dan sejarah spiritual, juga menjadi konsultan spiritual Islam di Angkatan Laut AS.

Setelah tragedi 11 September yang meruntuhkan gedung World Trade Center (WTC) dan Pentagon, Imam Hendi memang semakin dikenal di Amerika. Sebab, laki-laki kelahiran Nablus, Palestina, 14 Desember 1966, ini cukup sering dimintai pendapat tentang Islam oleh petinggi AS, dari Presiden Bush, Menteri Luar Negeri Colin Powell, sampai para pejabat di Pentagon dan pihak kongres. Selain itu, kandidat doktor untuk Jurusan Filsafat dan Perbandingan Agama di Temple University ini banyak diwawancarai media massa, baik cetak maupun elektronik, di AS.

Pasca-Selasa Hitam, Hendi juga semakin giat berceramah tentang Islam yang benar dan damai di gereja, sinagoge, sekolah, dan tempat lainnya. Bahkan, dua pekan lalu, ia diundang berceramah di National Cathedral, gereja terbesar di Washington. ”Dalam sehari, saya bisa berceramah sampai tiga kali,” katanya.

Semua itu dilakukan Imam Hendi karena ajaran Islam memang sudah seharusnya diperkenalkan dan disebarluaskan. Apalagi setelah 11 September—saat muncul berbagai reaksi keras terhadap Islam—tugas menjelaskan apa dan bagaimana sesungguhnya Islam semakin penting. Bahkan, menurut anak ketujuh dari 12 bersaudara ini, ada media massa Barat yang memang berkepentingan menjelekkan Islam.

Untuk itulah, sebagai muslim warga negara AS, Imam Hendi merasa gelisah dengan perkembangan terakhir dalam dunia Islam dan reaksi-reaksi negatif terhadapnya. Lelaki yang lancar berbahasa Hebrew (bahasa Yahudi), Arab, dan—tentu saja—Inggris ini memang sudah bertekad menyebarkan nilai-nilai Islam yang sejati. Lulusan University of Jordan di Amman itu tidak segan-segan membuka diri bagi semua orang yang membutuhkan penjelasan tentang Islam. Tragedi 11 September memang menjadi seperti blessing in disguise bagi Islam karena banyak orang makin terdorong ingin tahu tentang agama ini. ”Banyak orang AS yang membaca Al-Quran,” ia menginformasikan.

Memang semuanya ada konsekuensinya. Ayah dari Satreen, 1,5 tahun, dan Nourjannah 3,5 tahun, ini jadi sering tak di rumah, sehingga kedua anak berambut pirang hasil dari perkawinannya dengan Siron, perempuan Palestina, 34 tahun, itu jarang bertemu dengannya. ”Tapi saya selalu menyempatkan diri mengaji untuk mereka,” kata Hendi. Ia mengaku tidur hanya lima jam sehari.

Kesibukan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…