Akbar Terpojok, Tapi Permainan Belum Usai
Edisi: 39/30 / Tanggal : 2001-12-02 / Halaman : 20 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , Kuswardono, Arif , Prasetya, Adi
BULAN Ramadan tak mengubah pendirian Akbar Tandjung. Ketua Umum Partai Golkar ini masih bersikukuh tak sesen pun ia terima dari Rp 40 miliar dana Badan Urusan Logistik yang kian kontroversial itu. Bukan cuma itu, Rabu pekan lalu di hadapan pers, ia menyatakan tak sekuku hitam pun menyentuh cek dari Bulog. "Cek itu bersih dari sidik jari saya. Tentu saya berkata jujur. Ini kan bulan puasa," katanya kalem.
Tapi ikrar Ramadan juga yang dinyatakan Ahmad Ruskandar, mantan Deputi Keuangan Bulog, seusai diperiksa penyidik sehari sebelumnya. "Saya bicara apa adanya, apalagi ini bulan puasa," katanya sambil menghapus air mata. Ruskandar, saksi kunci skandal ini, akhirnya membuka sebuah kesaksian penting. Sebuah pengakuan yang bisa saja menempatkan Ketua DPR RI itu tidak hanya sebagai orang yang kejujurannya dipertanyakan rakyat luas, tapi bahkan sebagai tersangka.
Sambil bercucuran air mata, Ruskandar bersaksi bahwa dana itu memang ia berikan langsung ke tangan Akbar di Kantor Menteri-Sekretaris Negara pada 2 Maret dan 20 April 1999. Serah terima disaksikan sejumlah staf Bulog dan ketika itu tak sebatang hidung pun tampak Dadang Sukandar, Ketua Yayasan Raudatul Jannah, seperti didongengkan Akbar. "Saya tidak kenal Dadang. Saya tidak kenal yayasan itu," katanya sambil masih terisak.
Hari itu Ruskandar memang amat emosional. Ini bukan tanpa alasan. Saksi kunci ini, menurut seorang sumber tepercaya, berbulan-bulan terus berada dalam tekanan hebat. Ia sempat disekap empat bulan di Singapura. Belakangan, ia "diungsikan" ke sebuah tempat yang amat dirahasiakan di Tasikmalaya, Jawa Barat. Atas perintah seorang petinggi intelijen, kini ia dikawal seorang perwira berpangkat kolonel. Ia pun nyaris menutup diri dari dunia luar. Koran, televisi, dan radio dia hindari. Hampir tak ada yang bisa mengontaknya. Jalur komunikasi cuma satu arah. Kalangan terdekatnya pun tak bisa menghubunginya.
Tak mudah memunculkan keberanian Ruskandar supaya ia tak ragu mengungkap kebenaran. Rahardi, salah satu dari sedikit orang yang kerap ia kontak, butuh waktu sebulan penuh untuk membuatnya yakin…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…