Subuh Berdarah Di Peusangan
Edisi: 14/32 / Tanggal : 2003-06-08 / Halaman : 26 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Zulkifli, Arif, Dhyatmika, Wahyu , Bakri, Zainal
SEPI menggelayut di tiga desa di Kecamatan Peusangan, Bireuen, Nanggroe Aceh Darussalam, Kamis pekan lalu. Rumah-rumah berdinding kayu berjajar, sunyi seperti tak berpenghuni. Pasar, warung kopi, dan tempat-tempat yang biasanya ramai mendadak senyap. Orang kampung memilih masuk rumah dan mengunci mulut jika ada wartawan atau orang asing yang datang. âJangan wawancarai saya. Saya tak mau ada masalah,â kata seorang warga Desa Mata Maplam di Kecamatan Peusangan yang ditemui TEMPO siang itu.
Ada apa di Peusangan? Rupanya trauma masih mencekam warga setempat, meski insiden penembakan di Desa Cot Rabo Tunong, Mata Maplam, dan Alue Geulumpang di pelosok Aceh Utara itu telah lebih dari sepekan lewat. Ketika itu, Rabu subuh 21 Mei lalu, dalam sebuah penyergapan terhadap anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM), TNI menembak mati tujuh warga desa yang diyakini aparat sebagai anggota gerakan separatis itu.
Tak banyak yang tahu tentang kejadian yang meletus saat subuh itu. Adalah kantor berita AFP yang menyiarkannya keesokan harinyaâlalu dikutip Koran Tempo pada edisi Jumat 23 Mei 2003. Selain media Prancis tersebut, media asing yang juga menulis tentang insiden itu adalah BBC dan The Guardian, keduanya media asal Inggris.
Penuturan penduduk desa kepada media asing itu memang membuat berdiri bulu kuduk. Tentara, misalnya, dalam berita itu disebutkan begitu sadistis: membariskan penduduk yang mereka tuding anggota GAM, lalu menembaki mereka sampai tewas. Sejumlah anggota keluarga korban malahan membantah korban adalah anggota GAM. Dengan kata lain, TNI dituding membunuh penduduk sipil.
Tudingan ini bikin heboh Jakarta. Para jenderal di Markas Besar TNI di Cilangkap meradang. âTNI akan menuntut media yang memuat pemberitaan keliru tentang kasus penembakan ini,â kata Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Selasa lalu. Ia lalu memerintahkan anak buahnya segera membentuk tim investigasi untuk mengecek kebenaran kisah ini.
Apa yang sebenarnya terjadi di Peusangan? Kepada TEMPO, yang menyisir kawasan itu tiga hari setelah kejadian, Syamsuddin, 50 tahun, imam masjid Desa Cot Rabo Tunong, bercerita ihwal mula kejadian gawat yang meletus sekitar pukul 5.30 itu. âSaya baru tidur setelah salat subuh,â katanya. Tiba-tiba terdengar suara tembakan disusul teriakan, âTiarap!â Syamsuddin sontak terjengkang dari tempat tidur dan menyuruh istri dan ketujuh anaknya tiarap di lantai.
Tak lama kemudian pintu rumahnya digedor orang. Prajurit TNI datang. âIni kampung GAM, ya?â teriak seorang tentara. Syam menggeleng. Ia mengiba supaya tidak ditembak. Lalu terdengar lagi suara rentetan tembakan, tapi Syam mengaku tak melihat langsung apa yang terjadi ketika itu.
M. Nasir Abdurrahman, penduduk lainnya, bercerita. Subuh itu beberapa tentara menerobos masuk rumahnya dan membawanya keluar. Dia dibawa ke pasar kampung dan diperintahkan jongkok di pinggir jalan. Bersama beberapa penduduk lain, Nasir diminta menjelaskan di mana lokasi persembunyian anggota GAM. Ia mengaku tak tahu. Diselingi bentakan dan todongan senjata, Nasir diperiksa untuk kemudian diizinkan pulang satu jam kemudian.
Baru sekitar pukul 10, Syam dan Nasir tahu apa…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…