K.h. Hasyim Muzadi : "tugas Saya Memimpin Nu, Bukan Jadi Pejabat Negara"

Edisi: 14/32 / Tanggal : 2003-06-08 / Halaman : 44 / Rubrik : WAW / Penulis : Prasetya, Adi, ,


BELUM lagi azan lohor berkumandang, seorang lelaki bertubuh tegap keluar dari ruangan yang berperabot cukup mewah dan berpenyejuk udara. Bersarung kotak merah-biru dan berkaus singlet putih, langkahnya tak canggung sekalipun hari itu banyak tamu yang menunggunya. Sigap dan ramah menyapa, ia lalu masuk ke kamar mandi. "Saya mau wudu dulu," ujarnya.

Siapa sangka lelaki berkaus singlet itu ternyata K.H. Hasyim Muzadi, Ketua Tanfidziyah PB Nahdlatul Ulama, figur yang dalam pekan-pekan ini terus diburu beritanya oleh media massa sebagai kandidat calon presiden.

Sejak pekan lalu, namanya memang makin menjadi incaran nyamuk pers, terutama setelah para kiai dan ulama NU menggelar silaturahmi dengan Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Hotel Sahid Jakarta. Maklum, di tengah suasana Musyawarah Kerja Nasional PKB, para kiai dan ulama NU malah "mendesakkan" nama Hasyim Muzadi untuk dicalonkan sebagai kandidat presiden dari PKB, partai anak kandung Nahdlatul Ulama.

"Saya manut apa kata NU saja. Saya tidak mungkin lari-lari sendirian, apalagi meninggalkan NU," ujar pendiri Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, itu.

Bagi Hasyim Muzadi, tugas utamanya kini adalah menyelamatkan NU setelah lengsernya K.H. Abdurrahman Wahid dari kursi presiden. Ini sebuah kenyataan yang diakuinya hampir saja menyeret organisasi jamiyah itu ke arah konfrontasi politik lantaran perlawanan dari nahdliyin untuk mempertahankan Abdurrahman.

"Setelah Gus Dur lengser, kewajiban saya mengembalikan NU right on the track. Jangan sampai NU menjadi musuh bangsa. Kini NU dalam posisi baik dengan semua orang. Makanya, ketika ada wacana presiden, NU dibawa-bawa," katanya sembari tersenyum.

Mengapa ia seperti kurang serius menanggapi pencalonan dirinya? Apakah restu dari kiai khos tetap diperlukan dalam sistem pemilihan presiden langsung 2004 bagi dirinya? Mungkinkah ia maju sebagai "calon presiden kembar" bersama Abdurrahman Wahid? Mengapa ia tak pernah bersuara keras terhadap pemerintah Megawati?

Di tengah dering telepon selulernya yang datang berulang dan hilir-mudik tamunya, Rabu pekan lalu, pria kelahiran Tuban, 8 Agustus 1944, ini menerima wartawan TEMPO Adi Prasetya untuk sebuah wawancara khusus. Hasyim mengenakan sarung dan baju koko merah marun. Saat wawancara berlangsung di ruang kerjanya di lantai tiga Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, sejumlah pengurus mendengarkan dengan takzim. Petikannya:

Nama Anda banyak disebut media sebagai kandidat calon presiden. Tanggapan Anda?

Saya kira, nama calon presiden yang muncul baru tokoh-tokoh yang ingin dan mau dicalonkan. Jadi, belum ada tokoh yang siap melakukan recovery, perbaikan Indonesia. Kenapa? Pertama, gejalanya, setiap partai ingin ketuanya menjadi presiden, tidak peduli partainya itu besar atau kecil. Ini memang konsekuensi sistem multipartai. Kedua, pengajuan kesiapan itu tidak didahului konsep yang teruji. Teruji di sini bukan hanya secara akademis, tapi juga langsung di tengah (dan dipahami) rakyat. Ketiga, indikasinya, orang-orang yang ingin menjadi presiden itu lebih senang menaikkan citra dirinya sembari menurunkan citra orang lain ketimbang menawarkan konsep nyata. Mestinya jangan begitu, dong. Kalau mau maju, harus ada tim kepresidenan yang mampu mendesain bagaimana memperbaiki negara. Kalau orang ingin jadi persiden, mesti secara bertanggung jawab.

Bagaimana kesiapan Anda sendiri?

Sampai hari ini, belum ada satu pun ucapan saya yang menyatakan kesanggupan saya menjadi presiden. Yang beredar di luar itu kan baru wacana, belum dirembuk dengan saya. Silakan Anda catat. Menurut saya, sesuatu yang belum final tak perlu ditanggapi.

Tapi bersediakah Anda?

Ndak bisa begitu. Kesiapan itu hanya mungkin kalau partai secara serius dan final…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…