Jual Obat Di Tengah Persaingan Ketat

Edisi: 37/30 / Tanggal : 2001-11-18 / Halaman : 93 / Rubrik : SUP / Penulis : Cahyana, Ludhy , ,

Tak mudah berbisnis di tengah krisis. Toh, cukup banyak perusahaan yang masih mampu bertahan. Ada yang dengan mengutati bisnis obat generik, atau menjajakan makanan kesehatan dengan iming-iming mampu membakar vitalitas.

Di antara begitu banyak perusahaan obat, mana yang terkuat?

***

Bisnis yang Tetap Manis di Tengah Krisis

Di tengah krisis ekonomi pun, bisnis obat (kimia) tetap menggiurkan. Tak aneh bila persaingan di bisnis pahit yang manis ini kian sengit. Aneka jurus pun digelar. Ada yang ikut menjajakan obat tradisional dalam kemasan dan promosi "modern", ada pula yang menjual makanan kesehatan yang dapat menambah "gairah".

SEJAK kapan obat menjadi bisnis? Apakah sudah sejak zaman Kaisar Shen Nung dan dinasti Han? Tak jelas. Kalaupun ya, tentu tidak sesemarak sekarang. Bayangkan, ketika banyak perusahaan lain megap-megap, cukup banyak perusahaan farmasi kini tetap bernapas lega di tengah krisis yang melanda negeri. Bukankah setiap orang siap mempertaruhkan apa saja untuk mempertahankan hidupnya?

Di Indonesia, terdapat dua ratusan perusahaan yang memproduksi sekitar 16 ribu jenis obat. Tapi yang tergabung di Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI) baru sekitar 193 perusahaan farmasi, 1.200 distributor farmasi, 2.000 apotek, dan sekitar 2.000 toko obat. "Jumlah itu bagian kecil dari 1 juta industri farmasi dan 5.400 apotek," tutur Sofiarman Tarmizi, Sekjen GPFI.

Amat runcing, memang, persaingan di bisnis penyembuh sakit itu. Tapi cobalah simak pundi-pundi rupiah yang mereka keduk. Semula, pada 1997, saat krisis moneter,…

Keywords: -

---

Foto Terkait