Heruka, Yang Menari Tantrik Di Atas Mayat
Edisi: 16/32 / Tanggal : 2003-06-22 / Halaman : 78 / Rubrik : LAY / Penulis : W.S., Endah, Arjanto, Dwi, Febrianti
"Wanwawanwanâgî
Bukângrhûgr
Hûcitrasamasyasâ
Tûnhahâhahâ
Hûm
Hûhûhehai
Hohauhaha
Om âh hûm"
MEREKA merapal mantra berulang-ulang. Anyir darah menyeruak di antara mereka yang menari di atas mayat bergelimpangan. Kulit dikupas, dipakai sebagai baju. Mereka tertawa, mendengus, hum! Darah manusia diminum hingga mereka mencapai puncak tantrik, menjadi sakti, suci. Sesuci dewa.
Berabad lalu, ritual Tantrayana itu masih dilakukan oleh penganut agama Buddha Wajrayana. Mantra tantrik di atas tertulis di prasasti dari lempengan emas yang ditemukan di Biaro (Candi) Tandihat II di Padang Lawas, Tapanuli Selatan, Sumatera. W.F Stutterheim, peneliti asal Belanda, yang berhasil membaca prasasti itu pada tahun 1930-an. (Kini prasasti itu tersimpan di Museum Nasional, Jakarta.) Prasasti itu berisi lirik-lirik mantra yang harus dibacakan saat ritual Tantrayana Bhairawa. Menurut dia, bunyi hum adalah dengusan banteng dan ha adalah lafal tertawa. Ritual itu dilakukan dengan cara menari di atas mayat-mayat.
Ritual sadistis itu berkembang di zaman Kerajaan Melayu akhir hingga abad ke-14 di Sumatera. Sebelumnya, semasa Sriwijaya dan Melayu awal, ajaran Buddha Mahayana-lah yang banyak dianut. Salah seorang arkeolog yang tekun dalam Tantrayana kini adalah Bambang Budi Utomo, arkeolog UI. "Dari beberapa tulisan pada lempengan emas di banyak situs, terbuktilah bahwa agama yang menjalankan ritual Tantrayana adalah Buddha Wajrayâna," ujar Bambang Budi Utomo.
Beberapa minggu lalu TEMPO sempat mengikuti Bambang Budi Utomo melakukan penggalian di situs Tanjung Medan, Pasaman, Sumatera Barat. Pencarian temuan Tantrayana masih terus dilakukan di situs seluas 2 hektare ini. Situs yang ditemukan pada tahun 1876 dengan enam situs candi dari batu bata ini sempat terbengkalai. Tahun 1991, penggalian baru dimulai saat Dinas Pekerjaan Umum menemukan runtuhan bata. Di sana pernah didapati temuan arkeologis, di antaranya berupa piringan-piringan emas dari abad ke-13. Di antaranya kepingan piring emas yang menggambarkan bekas 8 kelopak daun padma, simbol 8 tokoh dengan Dhyani Budhhi Aksobhya.
Dari penggalian sedalam 30 sentimeter, Bambang berhasil mengumpulkan pecahan keramik dan gerabah. Bambang juga menemukan sisa bangunan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…