Setelah Nirwana Terbakar
Edisi: 34/31 / Tanggal : 2002-10-27 / Halaman : 28 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Zulkifli, Arif , Fibri, Rommy , Hakim, Jalil
SEBUAH emper toko di sebuah gang kecil di Legian, Bali. Jam menunjukkan hampir pukul 12 malam. Di antara puing, pecahan kaca, dan kayu-kayu yang patah, sekumpulan wisatawan asing duduk di sisi kiri dan kanan lorong itu. Di tengahnya dipasang ratusan batang lilin yang menyala. Tak jauh dari situ beberapa karangan bunga yang berbaris di depan toko-toko yang rusak mulai layu, meski masih menyisakan harum. Beberapa pasang turis berpelukan. Ada yang saling menyandarkan kepala. Ada yang bermain gitar menyanyikan lagu-lagu sedih. Ketika angin datang, bau dupa yang dibakar para pendoa Hindu tercium dan segera bercampur dengan aroma hangus, sisa anyir, dan wangi aneka bunga itu.
Rasa getir, pilu, kepedihan, dan isak tangis terdengar lamat-lamat. Sepekan setelah tragedi bom Bali, Legian menjadi kawasan yang murung. Orang-orang berkumpul: duduk atau berdiri, diam atau berdoa. Umumnya tak ada yang bersuara keras. Penduduk sekitar dan para pendatang berkerumun di pinggir pita kuning polisi yang menandakan larangan melintas. Karyawan toko di sepanjang Legian nongkrong di depan kios mereka yang tutup. Di kanan dan kiri jalan tak jauh dari lokasi ledakan, berjejer belasan pohon yang mati dan kehilangan daun-daun.
Bom itu menggelegar Sabtu malam waktu setempat, 12 Oktober lalu, di depan Sari Club, sebuah pub paling padat di kawasan Kuta. Terjadi begitu saja. Meledak, lalu gelap dan asap di mana-mana, kata Mansyur, seorang penjaga keamanan di Paddys, pub lain di depan Sari Club yang juga terbakar. Mohammad Ali, satpam di sebuah toko kerajinan perak di Legian, melihat api bergerak menyamping berwarna merah kebiruan.
Korban berjatuhan. Tenaga medis di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar, hingga akhir pekan lalu menghitung ada 184 orang yang tewas dan 328 orang yang terluka. Jumlah korban bisa lebih besar lagi. Hotel-hotel di seputar Kuta mencatat: masih ada lebih dari 100 orang yang belum kembali. Apalagi Legian kawasan ramai, sesak, dan padat akan turis. Di sini tiada hari tanpa malam panjang. Malam itu setidaknya ada 400 orang di Sari Club, kata Ni Putu Ayu Sila Prihana Dewi, kasir yang selamat dari ledakan. Tukang ojek, pengemis bocah, dan perempuan panggilan sering pula berkeliaran. Diduga, korban-korban di luar Sari Club inilah yang jenazahnya remuk sehingga tak bisa ditemukan lagi.
Sari Club rata dengan tanah. Besi penyangga papan reklame di depan klub beken itu melejit ke angkasa karena semburan api. Di sekelilingnya, bangunan porak-poranda: terbakar, runtuh, atau pecah kaca-kacanya. Di luar radius 100 meter, plafon rumah-rumah penduduk jatuh dan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…