Sugiharto, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (bumn): Bumn On The Right Track

Edisi: 35/35 / Tanggal : 2006-10-29 / Halaman : 154 / Rubrik : IT / Penulis : Tim Info Tempo, ,


MISSION impossible. Dua kata itu disadari benar Sugiharto, ketika mendapat tugas menjadi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tepat dua tahun silam. Malang melintang di dunia swasta, pria ini boleh diacungi jempol dalam hal transformasi bisnis dan korporasi. Namun, untuk perusahaan pelat merah, persoalannya tidak sederhana.

Yang paling berat, menurut Sugiharto, adalah mendorong migrasi dari kultur birokrasi ke kultur korporasi. "Presiden menggariskan, BUMN tidak boleh hanya menjadi pemain di tingkat lokal, tapi juga harus mampu bersaing di tingkat global. Itu tidak mungkin tercapai kalau tidak ada migrasi kultural," kata pria kelahiran Medan, 29 April 1955 ini, serius. Ia mencatat, ada resistensi yang cukup kuat terhadap angin perubahan yang ia hembuskan.

Langkah yang diambilnya melalui berbagai pendekatan berusaha memacu iklim perubahan itu di kalangan BUMN. Ia rajin menyambangi BUMN, termasuk BUMN yang tidak pernah dikunjungi menteri, untuk mensosialisasikan visi dan arah perubahan yang ia kehendaki. Pada saat yang sama, ia dengan tekun membedah persoalan-persoalan yang ada, untuk kemudian memberikan strategic direction pemecahannya.

Yang lantas banyak disorot adalah, mengapa di tangan Sugiharto laba bersih BUMN justru turun? Tahun 2004, total laba bersih BUMN mencapai Rp 44,2 triliun. Namun pada tahun 2005 turun sekitar Rp 1,9 triliun ke angka Rp 42,3 triliun.

Jika ditelisik lebih jauh, penurunan total laba bersih tersebut diakibatkan oleh turunnya laba bersih bank-bank BUMN, yang mencapai Rp 6 triliun. Kementerian Negara BUMN mencatat, penurunan kinerja bank BUMN terjadi lebih karena faktor eksternal. Pertama adalah dampak kenaikan harga BBM pada Oktober 2005, yang menyebabkan kegiatan ekonomi melambat hingga semester I 2006. Daya beli masyarakat menurun, biaya produksi meningkat, pembayaran pinjaman debitor pun menurun. Indikasi bisa langsung dilihat pada angka kredit bermasalah (non performing loan-NPL) yang mencapai 16 persen tahun 2006, atau meningkat dari 14 persen di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Surga di Teluk Cendrawasih
2007-11-04

Surga di teluk cendrawasih

I
Indragiri Hulu Menjawab Tantangan
2007-11-04

Indragiri hulu menjawab tantangan

P
Potensi Sumber Daya Alam Kami Melimpah
2007-11-04

Potensi sumber daya alam kami melimpah