Sindrom Perang Salib Di Afganistan
Edisi: 35/30 / Tanggal : 2001-11-04 / Halaman : 141 / Rubrik : KL / Penulis : Noorsena, Bambang
Bambang Noorsena*)
*) Pengamat soal hubungan antar-agama, pendiri Institute for Syriac Christian Studies dan anggota Dewan Konsultatif Indonesian Conference on Religion and Peace
KETIKA Presiden George W. Bush memutuskan menyerang Afganistan untuk memburu Usamah bin Ladin, tersangka pengeboman WTC dan Pentagon, ia menegaskan bahwa yang ia perangi bukanlah Islam, melainkan kaum teroris. Tapi yang terjadi kemudian adalah sentimen Islam di mana-mana. Bahkan, seperti yang pernah terjadi saat Perang Teluk, "sindrom perang salib" kini mengemuka kembali. Dalam poster-poster demo Front Pembela Islam, Bush dijuluki "Commander of Crusade". Itu gara-gara Bush sendiri menyebut kata crusade (perang salib) dalam pidatonya.
Sesederhana itukah masalahnya? Melihat kompleksitas masalah AS-Afganistan, sangatlah tidak bertanggung jawab menyebutnya "perang agama". Di Afganistan terdapat faksi-faksi Islam yang tidak selalu satu. Apa yang dikenal dengan Aliansi Utara adalah persekutuan faksi mujahidin yang sebagian besar juga mengibarkan "panji-panji Islam". Karena itu, sulit bagi Taliban untuk mengklaim perjuangan mereka "atas nama Islam". Apalagi klaim Usamah bin Ladin yang membawa-bawa rakyat Palestina telah dibantah sendiri oleh pihak Palestina.
Belum lagi kalau berbicara soal Timur Tengah. Munculnya Islam sebagai identitas…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…
Kekerasan Polisi
1994-05-14Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…