Duta Besar Palestina, Ribhi Awad: "terorisme Seperti Anak Nakal Yang Mencari Perhatian"
Edisi: 34/30 / Tanggal : 2001-10-28 / Halaman : 41 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,
TIDAK mudah bagi Duta Besar Palestina Ribhi Yusuf Awad, dalam situasi sekarang, mengemban tugas sebagai seorang diplomat. Masalahnya, masyarakat Islam dunia sedang berpolemik menyikapi tuduhan terorisme dari Amerika Serikat ke alamat gerakan-gerakan Islam revolusioneryang disebut "fundamentalis" oleh negara-negara Baratdi Afganistan, Timur Tengah, dan Afrika. Di pihak lain, negara-negara Islam di dunia memiliki sikap yang beragam tentang serangan AS dan sekutunya ke Afganistan.
Ada beberapa hal yang membuat posisi Ribhi cukup sulit. Per-tama, Palestina sering dituduh oleh negara-negara Barat sebagai salah satu sarang kelompok teroris. Kedua, Palestina adalah negara Islam yang bersengketa dengan Israel, anak emas AS. Ketiga, Ribhi memiliki pos di Indonesia, negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia. Pernyataan-pernyataan lelaki kelahiran Yerusalem, 51 tahun silam, ini bisa berdampak cukup signifikan. Karena itulah, selama diwawancarai TEMPO, laki-laki bersuara berat dan agak serak yang sudah 10 tahun menjadi wakil Palestina di Jakarta ini tampak selalu berhati-hati dalam berkata-kata dan berkalimat. "Kami sangat menentang segala bentuk terorisme," demikian ucap Ribhi, lulusan Universitas Kairo, Mesir, berkali-kali.
Kondisi hubungan internasional pascaserangan ke WTC dan Pentagon pada 11 September lalu seperti suasana "anak sekolah sedang dalam masa ujian." Negara-negara, melalui politisi dan diplomat, menentukan sikap dengan hati-hati. Pemerintah Palestina, misalnya, bersikap tenang dan menunggu pernyataan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell, yang tiba-tiba menyatakan dukungan kuat agar kemerdekaan Palestina segera terwujud.
Sementara itu, Ribhi menjelaskanterkadang bersemangat dan emosionalsecara baik akar persoalan semua ini. Menurut dia, yang terpenting adalah proses dialog. Sebab, terorisme itu sudah ada sejak dunia ada dan dalam berbagai bentuk, termasuk teror Israel terhadap bangsa Palestina. "Jadi yang terpenting adalah mencari penyebab mengapa semua ini bisa terjadi," kata diplomat yang pernah ditempatkan di berbagai negara di Timur Tengah, Afrika, dan Eropa ini.
Memang, bagi Ribhi, persoalan teror, perang, dan penindasan sudah menjadi bagian dari hidupnya. Sejak kecil, anak dari pasangan Fatimahberusia 100 tahun dan tinggal di Yerusalemdan Yusuf ini sudah akrab dengan suara bom, desingan peluru, dan kucuran darah. Ayahnya adalah pejuang Palestina yang beberapa kali ditahan Israel. Ribhi juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri ketika pamannya pulang ke rumah dengan tangan memegang isi perut yang terburai karena ditembak tentara Israel. Saudara-saudara laki-laki Ribhi adalah pejuang Palestina yang akrab dengan penjara dan siksa pasukan negara Yahudi itu. Beberapa teman diplomat Ribhi di berbagai negara dibunuh agen rahasia Mossad.
Bahkan kenangan "manis" Ribhi tentang ayahnya sangat beraroma…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…