Pemulung Melawan "penyakit Impor"

Edisi: 46/21 / Tanggal : 1992-01-11 / Halaman : 47 / Rubrik : SEL / Penulis : BSU


Tangantangan pekerja itu terlatih. Hampir setiap pekerja ini bertug as
memisah-misahkan sampah plastik berdasarkan jenis dan warna. Plastik merah,
hijau, dan biru masing-masing dilemparkan ke ember yang berbari s di muka
mereka. Ada potongan ember, botol penyok, tabung obat, dan mangkuk dekil.
Selain memisahkan sampah plastik, dua wanita menggetokng etok kaset bekas
dengan palu. Mereka mengambil badan kaset dan roda pi ta yang terbuat dari
plastik. Di ruang lain, seorang pekerja memilah s ol sepatu dengan dua tang.

; Ini kesibukan sehari-hari PT Bukit Plastik, perusahaan plastik bekas di kawasan
Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Juragan mereka, Benny Kumarga, 41 tahun,
bandar merangkap pemasok pabrik plastik. Ia tinggal di real estate Kelapa
Gading, Jakarta Timur. Tapi hampir setiap h ari Benny, yang biasa dipanggil
Bungi, datang ke bengkel plastik bekas miliknya, karena ada saja lapak
yang mengirim dagangan ke situ, m arkas sampah seluas 400 meter persegi. Satu
shipping dengan truk b erjumlah rata-rata 1.300 kg.

; Ke bandarbandar, seperti punya Bungi, sampah Jakarta melanjutkan perjalanan
dari pemulung dan penadah. "Seluruh kebutuhan plastik saya dipenuhi 18 lapak,"
kata Bungi. Dulu, ketika baru memulai usaha, sekitar 1977, Bungi berhubungan
langsung dengan pemulung. Ia ingat, waktu itu, jenis plastik masih terbatas.
"Yang ada cuma ember bekas doang. Belum ada tuh botol shampo atau lotion
yang bagus-bagus seperti sekarang," ujar Bungi, keturunan Cina, di kantornya
berukuran 2 X 3 meter di salah satu sudut bengkelnya.

; Ketika usahanya berkembang, lapak besar atau kecil datang sendiri. Di bengkelnya,
yang berdiri sejak 1985, kini terparkir gunung-gunung sampah plastik.
Tingginya sekitar 3 meter. Seluruhnya ada 20 ton, siap untuk dipilah-pilah.
"Jenis plastik itu banyak, ada puluhan macam. Ember saja ada yang high
density, ada yang low density," kata Bungi. Untuk mengurus plastik yang datang
itu, Bungi mempekerjakan buruh borongan dan harian. Mereka tinggal di bengkel
Bukit Duri itu.

; Memisahkan plastik baru adalah langkah awal daur ulang plastik. Setelah
dikelompokkan menurut warna dan jenis, plastik bekas dibawa ke pabrik
penggilingan juga milik Bungi -- di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Ti mur.
Di sini, di areal seluas 700 meter persegi, Bungi punya dua mesin penggiling.
Sampah yang telah dipisahkan itu dimasukkan ke mesin untuk digiling menjadi
kepingan sekitar 2 cm. Satu hari, kata Bungi, 2 ton plastik bekas diproses.
Setelah itu, dicuci dan dijemur hingga siap menjadi perca plastik. Mereka
menyebutnya plastik berasan.

; Ada pabrik yang mau menerima plastik berasan seperti hasil produksi Bungi ini
sebagai bahan baku. Tapi umumnya industri perabotan plastik menerima plastik
bekas yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…