Gandonge Mari Beta Gendong
Edisi: 25/35 / Tanggal : 2006-08-20 / Halaman : 48 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Manan, Abdul, Taufik, Ahmad, Rulianto, Agung
LELAKI tinggi kekar itu berdiri awas di pelataran parkir Bandar Udara Patimura, Ambon, Sabtu dua pekan lalu. Mata pengemudi mobil sewaan itu tak pernah lepas memandangi penumpang yang satu per satu keluar dari ruang kedatangan. Begitu bersirobok pandang dengan Tempo dan calo penumpang bernama Memed, ia tersenyum.
Didatangi Memed, Jemy Lakotampesi, 35 tahun, lelaki kekar itu, langsung menyodorkan uang Rp 30 ribu. Itu upah Memed sebagai pencari penumpang. "Ah, kurang ini," kata Memed protes. "Sudah itu. Beta kan mesti setor juga," jawab Jemy. Alih-alih bertengkar, keduanya malah tertawa bersama.
Jemy putra asli Ambon. Dia tinggal di Desa Tawili, tiga kilometer dari bandara. Profesi sebagai sopir sewaan sudah ditekuninya jauh sebelum konflik berdarah pecah di Ambon pada 1999. Selama itu pula ia menjalin persahabatan dengan Memed, 29 tahun, lelaki keturunan Jawa. Tapi pertikaian merenggangkan keduanya.
Jemy bercerita, Memed tinggal di Desa Batu Koneng, Kota Madya Ambon. Pertikaian antara warga Kristen dan Islam tak pernah mereka kehendaki. Tetapi, apa boleh buat: selama konflik, Jemy mesti dekat dengan orang Kristen, sedangkan Memed lebih aman bekerja untuk sopir-sopir muslim. "Saat konflik, Memed tak dekat-dekat dengan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…