Menemukan Poso Yang Hilang

Edisi: 25/35 / Tanggal : 2006-08-20 / Halaman : 50 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Manan, Abdul, Taufik, Ahmad, Rulianto, Agung

HAMPARAN tanaman kakao membentang di Desa Tokorondo, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Pemandangan itu tampak elok di mata. Tumbuh hijau, rapat di kiri-kanan jalan yang berliku hingga di kaki bukit Poso.

Jika matahari muncul, terlihat warga mulai sibuk menjemur hasil panen tanaman mereka itu di halaman dan badan jalan. Lalu, sore harinya, warga mengangkut dan menyimpannya kembali ke dalam rumah.

Bulan-bulan ini kesibukan warga bertambah lagi. Padi mulai terlihat menguning di sawah. Tanah subur dan kerja keras membuat kehidupan warga terlihat makmur. Tanda-tanda kemakmuran juga terlihat dari semakin meningkatnya jumlah warga yang menunaikan ibadah haji. "Tahun lalu ada tujuh warga Tokorondo yang naik haji," kata Andi Baso, Ketua Remaja Masjid Tokorondo.

Tempo, yang menginap di desa itu akhir Juli lalu, juga melihat banyak warga memiliki kendaraan baru. "Saya membeli angkot dari panen kakao," kata Abdul Khalik, pemilik tiga hektare kebun cokelat. Saat magrib tiba, di halaman masjid terlihat sejumlah sepeda motor anyar.

Di rumah Abdul Khalik terpasang parabola. Telepon genggam bukan lagi barang mewah baginya. "Anak saya juga punya," katanya. Ia juga memiliki beberapa ekor sapi yang dilepas di kaki Gunung Poso. Perahu ketinting untuk menangkap ikan di laut juga telah dimilikinya.

Tokorondo sudah berbenah diri. Bara dendam akibat konflik enam tahun lalu seolah…

Keywords: -

---

Foto Terkait