Nyanyian Duka Cita Dari Taliban
Edisi: 33/30 / Tanggal : 2001-10-21 / Halaman : 73 / Rubrik : SEL / Penulis : Suyono, Seno Joko , ,
Di manakah dunia yang memandang suara wanita sebagai ketaksenonohan dan hukuman mati adalah kemeriahan karnaval? Kehidupan macam apakah yang mengharamkan kanak-kanak menjulurkan layang-layang serta memenggal jari-jemari gadis yang kukunya berinai? Penguasa Taliban menghadirkan realitas ini ke dalam kehidupan 23 juta lebih penduduk Afganistan, lima tahun terakhir. Hukuman publik primitif, pedang, tiang gantungan, dan cambuk adalah senjata si penguasa mengontrol anak negerinya. Dipimpin Mullah Muhammad Umar, hukum yang dilahirkan rezim Taliban ini tadinya bertujuan menertibkan hukum rimba dan anarki yang marak di bawah pemerintahan Presiden Burhanuddin Rabbani yang korup.
Tapi hukum itu justru telah mengantarkan Afganistan kepada sebuah labirin kepahitan.
RUANG-RUANG perawatan Rumah Sakit Ibn Sina di Kabul ibarat kamp pengungsi. Pasien meluber tak tertampung. Tak ada lagi beda antara si sakit dan pengunjung. Dokter Amjad Hussein, ahli bedah kardiovaskuler dari Ohio, langsung syok melihat keadaan itu. Sekitar 30 tahun lalu dokter wanita itu magang teknik baru pembedahan jantung di Ibn Sina. Berdiri pada 1960, Ibn Sina adalah salah satu rumah sakit khusus paru-paru dan jantung terbaik di Asia pada masa itu. Kini, Hussein menyaksikan betapa kejayaan almamaternya betul-betul tak bersisa: obat-obatan begitu minim. Inkubator untuk bayi prematur sudah karatan atau pecah. Laboratorium memadai adalah barang langka.
Di bawah pemerintahan Taliban, rumah sakit adalah satu-satunya tempat perempuan boleh bekerja. Toh, Amjad Hussein merasa serba canggung. Aparat Taliban selalu mengawasi tindak-tanduk pegawai rumah sakit. Perawat yang tidak mengenakan burkakpakaian hitam yang menutupi kepala sampai kaki kecuali secelah lubang matabakal disabet. Hampir tak bisa dipercaya bahwa dokter profesional di rumah sakit pun harus mengenakan burkak, tulisnya dalam The Blade, empat bulan silam.
Apa yang ditulis Amjad Hussein adalah realitas muram Afganistan di bawah Taliban. Di satu pihak rezim itu ber-usaha menata kembali rumah sakit yang boyak, menghidupkan kembali listrik, memperbaiki sistem air bersih, sanitasi yang hancur. Tapi, di lain sisi, sang penguasa menerapkan aturan-aturan absurd: mengharamkan diagram dan gambar mengenai anatomi manusia, melarang perempuan kuliah. Alhasil, perawat dan dokter wanita yang dulu banyak dihasilkan Universitas Kabul kini tinggal cerita.
Taliban juga melarang dokter laki-laki merawat pasien perempuan, sehingga kematian kaum wanita Afganistan me-lejit sejak Taliban mulai berkuasa pada 1996. Tapi Wakil Menteri Kesehatan Taliban Abbas Stanikzai membantah hal itu. Apa yang ditulis media Barat itu salah semua, ujarnya kepada Washington Post tahun silam. Kami punya banyak klinik perempuan. Kami juga memperbolehkan (untuk be-berapa kasus) dokter laki-laki merawat pasien perempuan, ia melanjutkan. Bagaimana prakteknya di lapangan? Silakan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…