Rudal Dan Roti Di Ambang Salju
Edisi: 33/30 / Tanggal : 2001-10-21 / Halaman : 148 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Suyono, Seno Joko , Taufik, Ahmad , Fuadi, Ahmad
-- Wartawan TEMPO Ahmad Taufik melaporkannya dari perbatasan Afganistan.
PERS Amerika kerap menyebutnya sebagai war roomruangan perang. Tapi tempat itunama resminya White House Situation Roomsebetulnya semacam "pusat komando" bagi setiap Presiden Amerika. Ke ruangan itulah Presiden Geoge Walker Bush mengundang para pejabat seniornya untuk satu pertemuan penting pada Jumat, 5 Oktober. Suasana tegang. "Dick, apakah Tommy Franks siap berangkat?" Bush bertanya kepada Jenderal Richard B. Myers, kepala staf operasi gabungan politiknya. Tommy Franks adalah jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah dan Asia Selatan yang sedang menyiapkan serangan ke Afganistan.
Myers menganggukkan kepala, dan Bush berkata: "Baiklah. Jadi, kita siap berangkat." Demikian yang dituturkan Karen Hughes dan Condoleezza Rice, penasihat politik sang Presiden, kepada harian The New York Times. Esoknya, sembari berakhir pekan di Camp David, Bush menerima laporan terakhir detail rencana penyerangan ke Afganistan. Beberapa jam kemudian, pesawat-pesawat tempur Jenderal Franks membelah langit Kabul, Kandahar, dan Jalalabad.
Bush, menurut Condoleezza Rice, meminta agar dua jam setelah pengeboman hadiah makanan segera dibagikan ke seluruh penjuru Afganistan. Ada 37.500 kantong ransum bergizi bertuliskan kalimat gagah, "Bantuan dari Amerika", dihujankan dari langit oleh "sinterklas" pesawat C-17. Sebelumnya, radio Voice of America mengudara di Pakistan dan menyiarkan "kabar gembira" itu dalam bahasa Pashtoon. Mencampur roti dengan bom memang resep baru dalam strategi perang Amerika. Seorang pejabat Pentagonseperti dikutip mingguan Timemengakui: "Ini hal baru dan kita tidak tahu bagaimana hasilnya."
Strategi menggabungkan citra welas asih dan haus darah ini yang membuat operasi Enduring Freedomnama operasi AS di Afganistanpada Minggu malam, 7 Oktober, terkesan mendadak. Sebelumnya, Bush meng-indikasikan akan menahan diri melakukan gempuran. Tapi gagasan lain kemudian melintas bahwa, kalaupun perang itu digelar, harus ada potret simpatik tentang aksi AS. Dengan lain kata, masyarakat muslim harus bisa melihat bahwa tindakan Amerika membombardir Afganistan bertujuan menghancurkan, tapi membebaskan negeri itu dari pemerintahan lalim: Taliban. Untuk itu, diperlukan sebuah politik citra.
Bush lalu membagi-bagi tugas. Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfield dia tugaskan berkeliling ke Timur Tengah, melobi dan mencari dukungan negara-negara Arab. Sementara itu, di dalam negeri, Condoleezza Rice mendapat titah menyiapkan politik "mentega" ini. Time menulis, kebijakan ini ibarat judi bagi Bush. Medicine Sans Frontier, lembaga kemanusiaan yang membantu pengungsi Afganistan selama ini, menuding bantuan pangan Bush tak lebih dari propaganda. Dan ironis bahwa harga bantuan makanan itu bernilai tak sampai separuh harga sebiji rudal (lihat infografik Ironi Perang, Derita Afganistan).
Tapi politik citra jalan terus. Alhasil, di hari pertama penyerangan, pilot-pilot AS menjatuhkan kantong-kantong mentega, vitamin, obat-obatan ke Afganistan selepas menghumbalangkan rudal-rudal yang membinasakan Kabul dan kota-kota lain. Presiden kemudian tampil di podium Gedung Putih…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…