Tarian Kursi Dan Bayangan

Edisi: 32/30 / Tanggal : 2001-10-14 / Halaman : 92 / Rubrik : TAR / Penulis : Dewanto, Nirwan , ,


PANGGUNG itu terasa begitu luas dan kosong. Hanya seorang perempuan duduk membeku di pojok kanan depan. Cahaya dari atas menerangi wajahnya yang sayu, mungkin menunggu tenaga yang hendak membangkitkannya. Ia tampak begitu terikat kepada meja dan kursi, yang berwarna sama dengan pakaiannya, hijau muda. Seakan perkakas sederhana inilah asal-muasalnya. Ketika musik berhenti, ia bangkit. Inilah pembuka nomor tari berjudul Solo, yang dibawakan sendiri oleh koreografernya, Henrietta Horn.

Nona Horn, 33 tahun, datang bersama kelompok teater-tarinya, Folkwang Tanzstudio, untuk pentas penutup pada Art Summit III, yang selesai akhir September lalu.

Dalam teater-tari (tanztheater), koreografer berupaya membebaskan diri dari gerak indah dan kembali ke gerak sehari-hari, bahkan ke gerak paling kasar dan liar sekalipun. Yang asyik, pembebasan itu tak mungkin terlaksana sepenuhnya, sebab ia telanjur ter-bebani (dan mencintai) khazanah tari. Properti yang sering benda fungsional dalam kehidupan nyata, bukan lagi pelengkap atau ornamen, tapi bagian hakiki dari gerak. Meja dan kursi itu, misalnya, seakan pusat gravitasi di keluasan tak terbatas.

Kita tercekam menunggu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Diversions: Khas, Cerdas, dan Nakal
1994-02-05

Sedang tumbuh di eropa grup-grup tari kelompok kecil. salah satunya yang datang di jakarta pekan…

Y
Yang Terbebani dan Tak Terbebani Tradisi
1994-01-29

Sembilan penata tari pemenang lomba tari dinas kebudayaan dki jakarta mementaskan karya masing-masing di tim.…

B
Baguru ka Alam Tradisi
1994-06-04

Untuk ke sekian kalinya gumarang sakti diundang dalam festival internasional. tak salah pendekatan gusmiati pada…