Hassan Wirajuda: "indonesia Yang Stabil Dan Mak Mur Termasuk Kepentingan Amerika Serikat"

Edisi: 31/30 / Tanggal : 2001-10-07 / Halaman : 38 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


NUR Hassan Wirajuda adalah menteri paling sibuk di antara para pejabat tinggi yang menyertai kunjungan kerja Presiden Megawati Sukarnoputri ke Amerika Serikat dan Jepang (17-30 September 2001). Selain harus mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan agenda Megawati selama kunjungan kenegaraan tersebut, Hassan juga masih dibebani memonitor perkembangan di Tanah Air. "Selama di sini (Amerika) saya tidur hanya tiga jam sehari," kata Menteri Luar Negeri Kabinet Gotong-Royong itu kepada TEMPO.

Celakanya, perbedaan waktu di negara-negara yang dikunjungi rombongan RI 1 dengan Indonesia membuat laki-laki kelahiran Tangerang 53 tahun lalu ini hampir kewalahan. Misalnya, selisih waktu Washington, DC, dengan Jakarta yang 12 jam membuat tidurnya tak lelap. Soalnya, waktu istirahat malam lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu acap terganggu oleh dering telepon yang mau tak mau harus ia tanggapi. Inilah sisi tak enak seorang pejabat tinggi.

Meskipun menjadi "seksi (paling) sibuk", Hassan tetap siap menjawab setiap pertanyaan wartawan—dengan senyum yang selalu menebar. Ketika diwawancarai TEMPO di kamar hotelnya, Hotel Willard Intercontinental, Washington, DC, sang ayah lima anak ini senantiasa menjawab setiap pertanyaan dengan jelas dan ramah, meskipun saat itu sudah lewat tengah malam. Bahkan, di tengah dering telepon genggamnya yang tak henti-henti, keramahan pada diri pemegang gelar master di bidang hukum dari Universitas Harvard, Massachusetts, AS ini tetap mengembang.

Nur Hassan Wirajuda memang diplomat sejati. Hal itu tidak hanya dibuktikan dari karirnya di Departemen Luar Negeri yang bermula sejak 1974, tapi juga dari berbagai prestasi diplomasi di lapangan. Doktor bidang hukum internasional dari Universitas Virginia, AS, ini dikenal berhasil mengupayakan diplomasi damai di antara pihak yang bertikai di Timor Timur pascajajak pendapat (1999). Jangan heran bila para tokoh penting Bumi Loro Sa'e berpendapat bahwa Hassan adalah satu dari sedikit diplomat Indonesia yang benar-benar memahami masalah Timor Timur.

Lebih jauh, bekas Duta Besar Indonesia di Jenewa ini juga relatif berhasil mewakili Indonesia dalam perundingan yang cukup alot dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Meski hal itu belum membuahkan perdamaian nyata, Hassan, yang pernah menjadi mediator konflik antara kaum separatis Moro dan pemerintah Filipina (1993-1996), dinilai sukses berunding dengan pimpinan GAM, Hasan Tiro, hingga sempat tercipta jeda kemanusiaan di Tanah Rencong. Semua itu menjadikannya seorang "diplomat garis depan".

Karena jam terbang yang lama, Hassan dengan mudah menjelaskan apa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…