Teror

Edisi: 29/30 / Tanggal : 2001-09-23 / Halaman : 17 / Rubrik : OPI / Penulis : , ,


ENTAH bagaimana pedihnya menyaksikan orang yang kita cintai dibunuh di depan mata. Tapi itulah yang terjadi pada puluhan ribu, bahkan mungkin ratusan ribu, orang pekan lalu. Mereka terpaku melihat layar televisi yang berulang-ulang menayangkan bencana itu: pesawat menabrak gedung, meledak, terbakar, runtuh, dan berjatuhannya korban. Salah satu di antaranya—atau bahkan lebih—bagi sebagian pemirsa adalah sosok yang dekat di hati.

Bagi mereka, para korban itu bukanlah sekadar angka. Di belakang deretan nama itu adalah figur ayah, ibu, suami, istri, pacar, anak, cucu, sahabat, atau teman. Suratan takdir telah membuat mereka berada di gedung-gedung yang nahas itu, atau di pesawat yang dijadikan alat penumbuk. Semuanya tewas atau terluka tanpa tahu apa salah mereka kepada para teroris yang melakukan keganasan itu. Apalagi tak ada pesan yang kemudian disampaikan oleh pihak-pihak yang berada di belakang tragedi ini. Kita semua hanya dapat mencoba menebak dan mereka-reka siapa yang punya kebencian…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Transparansi Bujet Informan
2007-11-18

Menjadikan teroris sebagai informan harus disertai aturan jelas. perlu pengawasan anggaran yang ketat.

K
Kisruh Tabung Gas Pertamina
2007-11-18

Pemerintah akhirnya menyetujui impor tabung gas. program konversi energi tak bisa ditunda.

S
Singkirkan Makelar Sumur Minyak
2007-11-25

Harga minyak meroket, investor pun datang berebut. bagi yang mangkir, penalti harus dijatuhkan.