Obat Palsu Yang Kian Merisaukan Kita
Edisi: 27/30 / Tanggal : 2001-09-09 / Halaman : 68 / Rubrik : INVT / Penulis : Wicaksono , Wiyana, Dwi, Kuswardono, Arif A.
Obat palsu lebih berbahaya dari sekadar uang palsu. Obat palsu bisa membuat nyawa melayang. Di sekitar Anda, satu dari tiga obat yang beredar di pasar ternyata palsu. Bahan palsu itu bisa tepung, pasir, sampai cat. Sangat berbahaya. Penelusuran TEMPO membuktikan modus peniruan obat kian beragam. Mengapa pemerintah tenang-tenang?
SPANDUK putih itu berkibar-kibar di perempatan Slipi, Jakarta, sejak pertengahan Agustus lalu. "Obat palsu lebih berbahaya dari uang palsu." Tenggelam dalam keramaian Jakarta, peringatan penting itu nyaris luput dari perhatian. Spanduk putih yang "kesepian" di Slipi itu merupakan bagian dari kampanye lembaga pemantau Indonesian Pharmaceutical Watch dan Pemerintah DKI Jakarta.
Apa yang terjadi sebenarnya? Bukankah isu obat palsu sudah lama terdengar? Benar. Peredaran obat palsu sudah mencapai tahap bahaya. Sementara itu, pemerintahjuga kitalebih asyik mengurusi politik dan memelototi naik-turunnya dolar-rupiah. Investigasi TEMPO membuahkan perkiraan yang mengagetkan: sepertiga dari seluruh obat yang ada di pasar ternyata palsu.
Sumber TEMPO di sebuah perusahaan farmasi asing memperkirakan 20 sampai 30 persen. Itu artinya sekitar Rp 2 triliun-3 triliun dari pangsa pasar obat, yang bernilai sekitar Rp 10 triliun. Ketua Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Ahaditomo, pernah mengungkapkan angka yang sama. Menurut dia, bukan tak mungkin peredaran obat palsu mencapai 20 persen dari total obat yang ada di pasar. Belakangan, Ahaditomo mengoreksinya. Dalam wawancara terakhir dengan majalah ini, dia mengaku sulit memperkirakan jumlah obat palsu.
Ketua Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia, Anthony Ch. Sunarjo, M.B.A., segendang sepenarian. Ia mengaku sulit menghitung kerugian pasar obat Indonesia akibat obat ilegal dan obat palsu. "Tak ada instrumen untuk menghitungnya. Akhirnya hanya perkiraaan saja," katanya.
Sementara itu, Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan Surabaya, Djoko Sunaryo, menganggap angka peredaran obat palsu sampai 30 persen itu kurang rasional. "Data itu dari mana asalnya, dan apakah bisa dibuktikan?" kata Djoko. Menurut dia, berdasarkan data pengawasan yang dilakukan oleh Balai Besar POM Surabaya selama dua tahun terakhir, hanya ditemukan 40 merek yang dipalsukan. Itu pun hanya dari sekitar empat atau lima jenis obat.
Ketua Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Sampurno, setali tiga uang. Berdasarkan operasi yang dilakukan lembaganya selama Januari-Mei 2001, hanya ditemukan lima item obat palsuobat yang tak memiliki zat aktifyakni Alphaphist tablet, Etambutol tablet, Codein tablet, Himagen tablet, dan Hiralgen tablet. "Saya kira…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.