Konstitusi Baru, Sekarang!
Edisi: 23/30 / Tanggal : 2001-08-12 / Halaman : 36 / Rubrik : NAS / Penulis : Tanjung, Leanika , ,
GAMBAR tempel bertajuk "Konstitusi Baru", didominasi warna biru hitam, dibagi-bagikan ke peserta sebuah seminar di Jakarta. Peserta yang setuju penggantian UUD 45 dipersilakan menorehkan tanda tangan. Sebuah konstitusi baru, bukan sekadar tambal sulam dalam bentuk amandemen.
Kisruh yang mendahului pergantian presiden dari Abdurrahman Wahid ke Megawati Sukarnoputri memang telah menunjukkan cacat besar dalam konstitusi. UUD 45 tampak jelas telah memberi peluang kepada interpretasi yang berbeda, bahkan berkebalikan. Kenapa presiden dan parlemen bisa lama-lama mengklaim pihaknya "konstitusional", sementara faktanya mereka berkebalikan pendapat?
Di masa lain, baik pada masa Orde Lama maupun Orde Baru, pemerintah bisa mengklaim sebagai sumber interpretasi yang sahih karena kekuasaannya yang besar, diktatorial, dan sering diwarnai kekerasan yang didukung oleh militer. Pemerintah bisa seenaknya memberangus oposisi dengan dalih menyelamatkan konstitusi, pada saat yang sama mencap interpretasi itu sebagai sakral-sesakral kitab suci. Sebaliknya, individu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?