Suara Anak-anak, Suara Tuhan…

Edisi: 33/31 / Tanggal : 2002-10-20 / Halaman : 84 / Rubrik : SN / Penulis : Suyono, Seno Joko , Arjanto, Dwi ,


CHARLES, 5 tahun, tertatih-tatih menuruni panggung dituntun seorang biarawati. Bocah asal Medan yang buta semenjak lahir itu tampak bingung dan mendekap erat kaki sang suster. Sebuah karangan bunga ia sorongkan ke Megawati.

Itulah akhir pertunjukan Children of The World Choir Indonesia di Jakarta Convention Centre, pekan lalu. Sebuah perhelatan akbar yang penting bila kita simak rangkaian proses di belakangnya. Di situ lebih dari 1.000 anak dari seluruh penjuru Indonesia bernyanyi bersama. Tidak pandang bulu. Anak-anak telantar dari Medan, anak-anak pedesaan di Kupang, dari barak-barak pengungsi Sampit, sampai bocah-bocah daerah konflik Ambon yang terbiasa dengan desing peluru bergabung bersama anak kelas menengah Jakarta dan para murid ekspatriat sekolah internasional.

Adalah Aida Swenson Simajuntak yang punya gagasan ini. Musikolog ini selama sepuluh tahun terakhir menjelajah ke sudut-sudut Nusantara, menemui para pelatih seni suara di gereja-gereja, di desa-desa, di sekolah-sekolah, mencari bakat-bakat terpendam. Dan lulusan Westminster Choir College, Universitas Princeton, Amerika, ini tak bisa menyembunyikan kekagumannya. "Banyak anak yang tinggal di daerah terpencil punya suara emas, lebih bagus dari anak-anak kota," katanya.

Terutama anak-anak Indonesia Timur, kekayaan timbre (warna) suaranya unik. "Suara mereka lebih menggaung…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.