Hamzah Haz, Merdeka!
Edisi: 22/30 / Tanggal : 2001-08-05 / Halaman : 24 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , Budiyarso, Edy , Tanjung, Leanika
MEGAWATI Sukarnoputri dan Hamzah Haz adalah duet yang tak terbayangkan sebelum ini. Baru dua tahun lalu peristiwa mengenaskan itu berlangsung. Adalah Hamzah yang menghadang sang pemenang pemilu ini naik ke kursi RI Satu. Berpegang pada fatwa sejumlah ulama yang mengharamkan figur pemimpin wanita, ketika itu Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini lantang berkata, "Kalau Mbak Mega jadi presiden, kami tidak bersedia duduk dalam pemerintahan." Lalu, sejarah mencari-cari tokoh alternatif, dan ketemulah Abdurrahman Wahid. Mega hanya menjadi wakil presiden.
Tapi, inilah politik, tempat berlaku adagium "tak ada kawan dan lawan yang abadi, yang ada cuma kepentingan abadi". Sekarang ini, ia tak sekadar duduk dalam pemerintahan. Bahkan Kamis pekan lalu, Hamzah Haz dilantik menjadi wakil presiden, wakil dari Megawati, yang perempuan itu. Dan, yang menarik, Hamzah berhasil menyisihkan empat rivalnyaAkbar Tandjung, Susilo Bambang Yudhoyono, Agum Gumelar, dan Siswono Yudohusodopraktis berkat sokongan suara PDI Perjuangan.
Dicalonkan Fraksi PPP dan Reformasi, Hamzah cuma memiliki basis suara minoritas di majelis. Kalaupun suara Partai Bulan Bintang dihitung bulat, cuma sekitar 130 suara yang menyokongnya. Padahal, kata seorang politisi Poros Tengah, ada sejumlah suara mereka yang menyeberang ke Akbar Tandjung. Fraksi TNI/Polri jelas tak bisa diharapkan karena akan menggelontor ke Yudhoyono. Utusan Golongan juga sudah terbagi ke Yudhoyono, Agum, dan Siswono. Fraksi Daulatul Ummah, yang juga sama-sama berada di garis Islam, sudah dibetot Agum. Golkar jelas diarahkan ke Akbar, meski ada sebagian kecil yang diam-diam mendukung Yudhoyono. Alhasil, Hamzah praktis bergantung pada 170-an suara PDI-P untuk meraup lebih dari setengah suara anggota majelissekitar 600, karena Fraksi PKB dan F-PDKB memboikotyang hadir di persidangan.
Awalnya, partai banteng bulat itu tak satu komando. Semula Mega memang dikabarkan tak srek dengan figur Hamzah dan lebih memilih mengosongkan kursi RI Dua hingga 2004. Dibebaskan dalam tahap pencalonan, suara PDIP tak ayal terbelah menjelang pemilihan wakil…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…