Mengukur Bahagia Dengan Cuaca

Edisi: 22/30 / Tanggal : 2001-08-05 / Halaman : 59 / Rubrik : SEL / Penulis : Kleden, Hermien Y. , Pareanom, Yusi A. , Arjanto, Dwi


Berikut ini sejumlah laporan yang memotret dari dekat kehidupan buruh di beberapa sentra industri.

KIRMAN Sukisman menyandarkan punggungnya dengan santai pada jembatan besi yang melintang di atas sebuah kanal lebar di Kapuk, Jakarta Barat. Beberapa meter di bawahnya, aliran air cokelat menebarkan uap yang berbau kecut dan pengap dalam udara malam. Kanal cokelat itu seperti "aksesori" yang cocok untuk melengkapi citra kemiskinan pada permukiman buruh di belakang sejumlah pabrik di kawasan Kapuk. Dalam salah satu dari deretan kamar tripleks berukuran 2 x 3 meter persegi, berdiamlah Kirman, 29 tahun, bersama istrinya. Pria itu bekerja sebagai buruh las di pabrik kaca hias—yang berjarak beberapa ratus meter dari tempat tinggalnya.

Pabrik itu tutup pada pukul lima setiap hari. Keluar dari pabrik, Kirman dan beberapa rekannya akan "bekerja" di jembatan itu selepas isya hingga menjelang tengah malam. Dia memang perlu penghasilan tambahan. Setelah dipotong ongkos makan, transpor, dan biaya kamar Rp 30 ribu per bulan, gajinya sebagai tukang las, sebesar Rp 370 ribu, memang jauh dari cukup untuk menanggung istri dan seorang anak. Alhasil, di atas kanal itulah pria muda ini mengupayakan kekurangannya. Caranya? Di balik tubuhnya yang tegap, Kirman menyisipkan sebilah pisau.

Pelintas jembatan yang bertampang "menjanjikan" akan mereka pepet ke pojok. Lalu, meluncurlah bentakan dan hardikan agar si calon korban menyerahkan isi dompet. Area seputar kanal itu memang ramai sampai tengah malam. Buruh pabrik lain, penjual makanan, dan sopir opelet tak putus lalu-lalang di situ. Jika dompet sang korban tak berisi, kalung emas atau cincin emas boleh jadi pengganti. Untuk itu, Kirman dengan lincah memain-mainkan pisaunya di depan orang yang dia palak. Bila cara itu masih gagal juga, tukang las ini akan memainkan langkah terakhir: memberikan "sekadar goresan" pisau di tubuh si korban.

"Mereka asyik-asyik saja dengan aktivitas menodong se-telah bekerja di pabrik. Saya pernah diajak ke rumah mereka dan pernah juga melihat kegiatan mereka di jembatan itu," ujar Ferdy Silalahi (bukan nama sebenarnya) kepada TEMPO. Ferdy, manajer bagian produksi di pabrik tersebut, punya hubungan dekat dengan buruh-buruh…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…