Tambang Emas Di Tengah Kota

Edisi: 09/22 / Tanggal : 1992-05-02 / Halaman : 63 / Rubrik : SEL / Penulis : BSU


SEPENTING jalan raya tempat melajunya kendaraan adalah tempat parkir untuk
menyimpan kendaraan untuk sementara. Sulit membayangkan, sebuah kota hanya
terdiri dari jalan tanpa tempat parkir. Apa lalu mobil-mobil, terutama mobil
pribadi, mesti disuruh berputar-putar terus sementara pemiliknya sedang
belanja di sebuah toko serba ada, misalnya?

; Dalam soal perparkiran, aktor utamanya tentu saja para petugas parkir, resmi
maupun tak resmi. Tokoh kita itulah yang sering membuat para pengemudi
kendaraan bernapas lega, karena dipandu ketika mau parkir, atau ketika mau
meninggalkan tempat parkir di saat-saat padat lalu lintas. Dari satu sudut,
pekerjaan petugas parkir hampir mirip seorang parajurit berani mati. Tiba-tiba
saja ia memasang tubuhnya di tengah melajunya mobil-mobil, hanya untuk
menyetop arus lalu lintas guna memberi kesempatan sebuah mobil meninggalkan
tempat parkirnya.

; Parkir tentu saja merupakan satu bagian penting dari perlalulintasan
seluruhnya. Cara pengaturan parkir yang sembrono bisa memecetkan araus lalu
lintas. Guna menangani perparkiran yang tak cuma membantu pemilik kendaraan
tapi juga melancarkan lalu lintas itulah, tampaknya, bila gubernur DKI Jakarta
menyerahkan urusan ini pada Badan Pengelola Perparkiran (BPP) sejak tahun
1979. Selain urusan parkir pinggir jalan, BPP juga mengelola beberapa gedung
parkir milik Pemda DKI Jakarta.

; Tak semua gedung parkir di Jakarta di tangan BPP. Sejumlah gedung parkir di
perkantoran dan pertokoan dikelola oleh swasta dengan SIPP (Surat Izin
Pengelolaan Parkir) dari Pemda. Pemegang SIPP ini diwajibkan menyetorkan 25%
dari hasil bruto langsung ke kas daerah. Di Jakarta, kini sekitar 160 gedung
parkir ditangani mereka yang memegang SIPP.

; Di DKI Jakarta, yang luas wilayahnya sekitar 670 km2, BPP mengoperasikan
lebih dari 4.000 juru parkir. Sekitar 1.000 di antaranya punya status sebagai
karyawan Badan Pengelola Perparkiran DKI Jakarta yang membawa pulang gaji
setiap bulannya. Sisanya, karyawan berseragam yang penghasilannya ditentukan
20% dari pendapatannya dari uang parkir di tepi jalan. Perhitungan 20% itu
tentu saja lewat karcis yang habis.

; Suwilo, 38 tahun, koordinator parkir kawasan lalu lintas sekitar SMAN II di
Jakarta Pusat, berhak mengenakan seragam parkir sejak 1978. Sebagai
koordinator, ia tiap bulan dapat membawa pulang gaji Rp 165.000 per bulan
ditambah uang transpor sehari Rp 1.000. Di luar penghasilan tetapnya itu ia
tiap hari mengantongi sisa uang setoran Rp 4.000 sampai Rp 6.000 w tak jelas
apakah ini memang hak dia atau ini dimungkinkan karena keteledoran manajemen
BPP. Tugasnya mengurus lokasi parkir yang berkapasitas 60 mobil yang ditangani
oleh enam anak buahnya di situ.

; Lalu ada Soleh, 41 tahun, yang berpendidikan kelas III SD. Prakteknya di
sekitar Hayam Wuruk Plaza. Dari tujuh jam kerja malam dan 14 ruang parkir, ia
mempunyai kewajiban menyetor Rp 9.000. Rata-rata ia masih bisa mendapat Rp
5.000 sisa setoran untuk diberikan pada istri dan ketiga anaknya.

; Di seberang tempat kerja Suwilo ada juru parkir Tuher, 31 tahun, lulusan SMP,
dan Suhendri, 25 tahun yang mengaku pernah menjadi mahasiswa fakultas teknik
sipil. Keduanya bisa mendapat "gaji" bersih Rp 15.000 per malam karena
menjaga sekitar 26 mobil para om yang masuk klub malam. "Wah, kita sering
dapet seribu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…