Kwik Kian Gie: ”sekarang Saya Sudah Siap Bekerja”

Edisi: 31/30 / Tanggal : 2001-10-07 / Halaman : 124 / Rubrik : EB / Penulis : Setiawan, Iwan


RUANG kerja Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas yang baru direnovasi itu terkesan lengang dan sederhana. Selain karpet ruangan yang diganti dari warna krem kecokelatan menjadi abu-abu tua, perabotan lain merupakan peninggalan pejabat sebelumnya. Di meja dinding, rak buku masih banyak yang terlihat kosong. Hanya ada belasan buku yang tersusun di sana.

Di ruang itulah, sejak 24 Agustus lalu, Kwik Kian Gie berkantor. Keterlambatannya masuk ke Taman Suropati (selama dua pekan Kwik berkantor di Taman Tanahabang, kantor pribadinya) sempat memunculkan gosip bahwa ekonom PDI Perjuangan itu ogah-ogahan menerima tugas sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Padahal, menurut Kwik, penyebabnya sepele. Ia menunggu tersedianya ruang yang layak tanpa harus ”mengusir” bekas Kepala Bappenas Djunaedi Hadisumarto.

Sosok Kwik Kian Gie seakan tak pernah sepi dari kontroversi. Ketika masih menjadi pengamat, ia gemar melontarkan wacana segar menyangkut masalah pengelolaan negara. Kebiasaan sebagai pengamat yang ceplas-ceplos itu rupanya terbawa hingga menjadi menteri dalam pemerintahan, baik di era Abdurrahman Wahid maupun Megawati. Beberapa kali pria kelahiran Juwana, Jawa Tengah, itu menyampaikan pendapat yang berbeda dengan kebijakan resmi pemerintah. Kerap pula Kwik ber-bicara dengan menggunakan kata ganti ”mereka” untuk pemerintah. Seolah-olah dia sendiri bukan bagian dari pemerintahan.

Terakhir, di depan forum DPR pekan lalu, Kwik kembali membuat ”kejutan” dengan melontarkan wacana kemungkinan pemerintah menerapkan kebijakan nilai tukar tetap (fixed rate) untuk menstabilkan rupiah. ”Sekali-kali kita mesti berani berbeda dengan IMF,” begitu katanya tentang Dana Moneter Internasional—lembaga yang menjadi penopang utama ekonomi Indonesia saat ini dan dikenal tak menyetujui konsep fixed rate itu. Pernyataan itu kontan menimbulkan silang pendapat dan sempat membuat pasar panas dingin. Sampai-sampai Menteri Keuangan Boediono, yang biasanya hemat bicara, ikut berkomentar. ”Pernyataan Pak Kwik itu hanya untuk wacana, pemerintah tetap menggunakan kurs mengambang,” katanya.

Kwik juga pernah menyatakan keinginannya menjadikan Bappenas sebagai tangki pemikir, lembaga yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…