Mat Centeng Berseragam Hijau

Edisi: 32/31 / Tanggal : 2002-10-13 / Halaman : 31 / Rubrik : NAS / Penulis : Kuswardono, Arif A. , Silalahi, Levi , Dhyatmika, Wahyu


KOMPLEKS warung remang-remang Gunung Anta, di sepanjang jalur viaduk kereta api Kebon Pala, Jatinegara, Jakarta Timur, tengah malam pekan lalu. Prajurit Satu Zeni Marjo (bukan nama sebenarnya) terlihat gelisah. "Inilah kerja saya selepas dinas," tuturnya pasrah kepada TEMPO.

Marjo, 26, anggota satuan Zeni Angkatan Darat, mengaku terpaksa mengutip "uang kamar" dan keamanan dari pelacur jalanan untuk menambah penghasilannya. Gajinya—setelah delapan tahun berdinas—hanya Rp 800 ribu. Itu pun cuma ia terima Rp 400 ribu tiap bulan. "Karena dipotong uang mes dan makan," kata bujangan yang tinggal di Kesatrian Berlan, Jakarta Timur, itu. "Kalau saya, bisalah dipepet-pepet. Tapi, rekan-rekan saya yang sudah kawin, mana bisa hidup?" ia melanjutkan. Masalahnya, prajurit yang kawin harus keluar mes, dan itu berarti tambah pengeluaran biaya untuk sewa rumah.

Alhasil, ia dan kawan-kawannya mengembangkan "keterampilan" tambahan, jadi centeng di kompleks pelacuran liar Gunung Anta dan Manggarai. Satu kamar "kenikmatan" mereka tarik "uang keamanan" Rp 3.000. Padahal ada puluhan kamar di lokasi tersebut. Tiap malam, hasil tarikannya ia bagi dengan beberapa…

Keywords: Bisnis TentaraReformasi TNI Ryamizard Ryacudu
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?