Kepak Patah Sayap Maleo

Edisi: 32/31 / Tanggal : 2002-10-13 / Halaman : 56 / Rubrik : LIN / Penulis : Riyanto, Agus S. , Darlis, M. ,


MATAHARI siang memanggang pasir Pantai Saluan, Banggai, Sulawesi Tenggara. Sesosok tubuh renta tampak mengendap-endap di balik pepohonan. Pandangannya tak lepas dari pantai yang luasnya hanya sehektare itu. Tubuhnya basah kuyup oleh keringat. Sudah empat jam Jaling, 64 tahun, di sana. Namun yang dinanti, burung endemis maleo, yang memiliki cara bertelur mirip penyu, tak kunjung muncul. Baru empat ekor maleo yang menampakkan diri selama dua bulan ia menjaga pantai. Mengeluhlah Jaling yang biasa dipanggil Om Jalil itu kepada TEMPO, "Ai... mau diapa lagi, hutan Bangkiriang sudah habis dibabat orang."

Om Jalil merasa berduka. Kepunahan peliharaannya tinggal menunggu waktu. Dua puluh lima tahun sudah ia hidup bersama maleo, unggas seukuran ayam, yang ia tangkarkan dan dilepaskan ke hutan Suaka Margasatwa Bangkiriang. Setiap Agustus hingga November, burung itu turun dari hutan ke Pantai Saluan untuk bertelur. Masyarakat adat Batui mempercayai Om Jalil untuk mencari telur yang besarnya lima kali telur ayam itu—sebagian ditangkarkan, sebagian lainnya dijual untuk upacara Tumpe, yakni penyerahan telur burung maleo ke Banggai Kepulauan. Dengan tiadanya telur itu, terhapus jugalah upacara adat Tumpe, yang sudah dijalani leluhurnya…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14

Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…

B
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14

Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…

D
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16

Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…