Kisah Lopa Dan (calon) Penggantinya

Edisi: 19/30 / Tanggal : 2001-07-15 / Halaman : 17 / Rubrik : OPI / Penulis : , ,


KETIKA jasad Prof. Dr. Haji Baharuddin Lopa diturunkan ke liang-lahat, Jumat lalu, di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, se-buah poster tampak di keramaian pengantar: "Matinya Lopa bukan matinya keadilan." Dalam suasana "normal", poster begini mungkin boleh dianggap retorika ringan kaum demonstran yang memanfaatkan momentum apa saja untuk unjuk rasa. Tapi, ketika poster itu dikerek di sebuah negeri tempat hukum sudah lama takluk di tangan uang dan kuasa, dan si mati adalah satu dari "makhluk langka" yang mencoba mengangkat kembali martabat hukum itu, jelas tersirat nada kekhawatiran yang dalam di poster itu.

Dan itu mewakili kekhawatiran kita semua: jangan-jangan yang dikuburkan di Kalibata itu adalah orang terakhir yang kita miliki untuk membasmi "kerajaan korupsi". Korupsi, "budaya" kita itu, sudah membuat negeri ini "merebut" gelar juara ke-empat korupsi sedunia tahun ini versi Transparency International. Itu bukan gelar pertama kali. Negeri ini sudah sesak napas ditimbuni piala juara korupsi dari berbagai lembaga dunia, tahun demi tahun. Maka, tatkala jasadnya ditimbuni tanah, kita menduga-duga: jangan-jangan upaya pemberantasan korupsi pun ikut terkubur…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Transparansi Bujet Informan
2007-11-18

Menjadikan teroris sebagai informan harus disertai aturan jelas. perlu pengawasan anggaran yang ketat.

K
Kisruh Tabung Gas Pertamina
2007-11-18

Pemerintah akhirnya menyetujui impor tabung gas. program konversi energi tak bisa ditunda.

S
Singkirkan Makelar Sumur Minyak
2007-11-25

Harga minyak meroket, investor pun datang berebut. bagi yang mangkir, penalti harus dijatuhkan.