Hamzah Haz: "presiden Masih Bisa 'lolos', Meski Tipis"

Edisi: 20/30 / Tanggal : 2001-07-22 / Halaman : 47 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


NAMA Hamzah Haz kembali beredar di papan atas percaturan politik negeri ini. Kali ini, Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu adalah salah satu sosok yang santer disebut sebagai calon wakil presiden. Ini, tentu, apabila Megawati Sukarnoputri naik menjadi presiden pasca-Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat (SI MPR). Bahkan para elite Partai berlambang Ka'bah itu sudah giat melobi partai-partai lain agar mendukung naiknya lelaki 61 tahun ini ke kursi RI-2.

Sementara itu, sidang istimewa akan dimulai dua minggu lagi. Dalam waktu yang kian mendekat, apa pun yang dibuat laki-laki kelahiran Ketapang, Kalimantan Barat, ini menjadi sorotan media. Nah, pertemuan Hamzah dan Ketua Partai Golkar Akbar Tandjung dengan Presiden Abdurrahman Wahid di Jalan Irian 7, Rabu pekan lalu (11/7), tak pelak memunculkan banyak tanda tanya. Apalagi sudah seperti ada "kata sepakat" bahwa satu-satunya pertemuan antara pimpinan partai dan Presiden adalah ajang SI itu. Tidak aneh bila Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais menyebut Hamzah sedikit inkonsisten.

Tapi, Hamzah menangkis dengan cantik semua kecurigaan yang dibidikkan ke arahnya. "Pertemuan itu yang memiliki inisiatif adalah Presiden. Lagi pula, apa salahnya bersilaturahmi," kata suami dari dua istri yang memberinya 12 anak itu.

Bahkan, ketika kembali dituduh plinplan karena berencana datang ke pertemuan di Istana Bogor, Senin silam (9/7), tapi kemudian membatalkannya, Hamzah menjawab enteng. "Saya hadir bila Mega juga hadir," katanya. Menurut Hamzah, pertemuan Bogor tak akan berfaedah bila tanpa Mega, yang Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Sebab, rekonsiliasi di luar SI sangat bergantung pada putri mantan Presiden Sukarno itu.

Hingga saat ini, Hamzah memang tampak tidak menarik garis permusuhan dengan Presiden Abdurrahman Wahid—meskipun pernah disakiti kiai yang dipanggil Gus Dur itu. Hamzah pernah dituduh sebagai menteri yang terlibat korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) ketika menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan (Menko Kesra dan Taskin) dalam kabinet Abdurrahman Wahid. Akhirnya, Hamzah mundur dari jabatan menteri, meskipun tuduhan KKN itu tak terbukti.

Setelah "bentrok" dengan Abdurrahman, Hamzah tetap saja bertemu Presiden. Bahkan ia sering kali memberikan nasihat kepada Presiden—seperti banyak dikutip media massa. Untuk polemik pascapertemuan di Jalan Irian itu, misalnya, Hamzah menyatakan agar Presiden berkonsentrasi pada…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…